Labuan Bajo, 09 Juli 2024- Saat ini, trend wisata minat khusus tengah berkembang di Indonesia. Hal ini terbukti dari banyaknya komunitas-komunitas dengan minat aktivitas wisata yang tidak biasa. Wisata minat khusus sendiri merupakan aktivitas wisata yang menawarkan kegiatan yang tidak lazin dilakukan oleh wisatawan pada umumnya. Wisata minat khusus ini juga dapat dilakukan atau dapat ditawarkan kepada wisatawan dengan keahlian khusus atau ketertarikan khusus.
Salah satu wisata minat khusus di Indonesia adalah Birdwatching, sebuah kegiatan pengamatan spesies burung liar yang bisa dilakukan di alam bebas dengan mata telanjang, mendengarkan suaranya, maupun menggunakan bantuan teropong binokular dan monokular. Tidak hanya sekadar memantau burung liar, birdwatching juga memberikan sensasi tersendiri bagi wisatawan yang mengikutinya.
Di Labuan Bajo dan Flores sendiri terdapat beberapa spot birdwaching yang cukup terkenal. Dilansir dari jagarimba.id 5 lokasi birding paling direkomendasikan di Flores bagian Barat antara lain Puar Lolo, Manggarai Barat; Danau Sano Nggoang, Manggarai Barat; Golo Lusang, Manggarai; Danau Ranamese, Manggarai Timur; dan Poco Ndeki, Manggarai Timur.
Namun ternyata Parapuar juga memiliki potensi untuk menjadi lokasi Birdwatching baru di Labuan Bajo Flores. Selain karena terletak pada ketinggian 238 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan berada pada kawasan hutan produksi, Kawasan Pariwisata Terpadu yang sedang dikembangkan Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) ini juga diketahui memiliki potensi birdwatching. Berdasarkan laporan Survey Tim Arsitektur Tenaga Ahli (TA) Reviu Master Plan Kawasan Parapuar serta sruvey bersama Balai Pengelolaan Hutan Lestari (BPHL) diketahui bahwa di Parapuar terdapat potensi keanekaragaman fauna seperti adanya burung Srigunting Hitam ( Dicrurus macrocercus) yang merupakan spesies burung dari keluarga Dicruridae , dari Genus Dicrurus. Ciri-ciri Srigunting Hitam adalah memiliki tubuh berukuran sedang (29 cm) dengan bulu bewarna warna hitam buram dan paruh relatif kecil.
Selain itu, di kawasan Parapuar juga teridentifikasi adanya Sarang Burung Gosong yang menandakan bahwa di kawasan tersebut juga terdapat Burung Gosong Kaki-Merah ( Megapodius Reinwardt ). Burung ini berukuran seperti ayam dan merupakan satwa penting dalam siklus hidup biawak komodo (Varanus Komodoensis) karena ketika bertelur, Komodo betina sangat suka meletakkan telurnya pada sarang yang dibangun oleh Burung Gosong Kaki-Merah dibandingkan membuat sarang sendiri.
Plt,. Direktur Utama BPOLBF, Frans Teguh menyampaikan bahwa salah satu potensi aktivitas wisata di Parapuar adalah Birdwatching juga sejalan dengan konsep pengembangan Parapuar yaitu 3ECNC (Ethno - Eco - Edu - Culture & Nature Conservation) karena mengutamakan keharmonisan dengan alam, konservasi, dan edukasi.
"Ada begitu banyak aktivitas wisata minat khusus yang dapat dilakukan di Parapuar seperti trekking, yoga, meditasi, dan birdwatching. Lokasi yang ekslusif dan jauh dari keramaian juga cocok bagi mereka yang mencari keheningan, ketenangan, dan healing dari hiruk pikuk pekerjaan dan aktivitas sehari-hari. Aktivitas-aktivitas jenis ini termasuk pada wisata minat khusus yang dapat memberikan manfaat pro-lingkungan dan edukasi yang juga sejalan dengan konsep pengembangan di Parapuar yaitu 3ECNC (Ethno - Eco - Edu - Culture & Nature Conservation)" jelas Frans.
Jika melihat ke belakang, birdwatching sebenarnya ditujukan untuk kepentingan ilmiah. Kegiatan ini pertama kali dikenalkan oleh Alexander Wilson asal Skotlandia pada periode 1808-1813. Wilson aktif melakukan pengamatan untuk mengumpulkan gambar dan informasi tentang burung-burung yang ditemui. Pengamatan burung yang pada awalnya kental dengan misi ilmiah ini selanjutnya berkembang menjadi hobi yang menyenangkan dan akhirnya masuk pada ranah rekreasi.
--------
Sisilia Lenita Jemana
Kepala Divisi Komunikasi Publik
Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores