Ngada, 6 Juni 2025 –
Dalam rangka membahas strategi dan rencana pengembangan destinasi wisata religi Katolik di wilayah Kabupaten Ngada, Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) melakukan audiensi bersama Kevikepan Bajawa yang diwakili oleh Vikep Bajawa, RD. Gabriel Idrus, Pr., di rumah Kevikepan Bajawa, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur pada Jumat (6/06/2025) lalu.
Audiensi ini menyoroti potensi besar yang dimiliki wilayah utara Ngada, termasuk Gua Maria Guadalupe di Riung, Gereja Tua Bekek di Riung, Masjid Tua Riung, Gereja Tua Pajo dan situs budaya Warokia.
RD. Gabriel Idrus, Pr. menegaskan bahwa tempat-tempat tersebut bukan hanya memiliki nilai spiritual tinggi, tetapi juga nilai sejarah yang perlu dikonservasi sebagai cagar budaya daerah.
“Kevikepan Bajawa memandang penting untuk mendorong pariwisata religi Katolik sebagai bagian dari pewartaan iman dan pelestarian budaya. Konsep Silentium Magnum yang ditawarkan juga sejalan dengan kekayaan spiritual Katolik dan perlu diangkat dalam kegiatan kepariwisataan,” Tegas RD. Gabriel.
Sebagai bagian dari tindak lanjut penguatan destinasi religi Katolik di wilayah utara Ngada, Kevikepan berencana menggelar konser kenangan dalam rangkaian peresmian Gereja Tua Riung sebagai situs cagar budaya. Kevikepan mengharapkan adanya dukungan dari BPOLBF dalam promosi dan koordinasi revitalisasi destinasi religi ini.
Plt. Direktur Utama BPOLBF, Frans Teguh, menyatakan komitmennya untuk mendukung pengembangan pariwisata berbasis religi Katolik sebagai bagian dari penguatan Flores sebagai destinasi wisata religi dan spiritual. Ia mencatat bahwa kunjungan wisatawan ke Labuan Bajo terus menunjukkan pertumbuhan positif, seiring dengan tersedianya rute penerbangan internasional langsung dari Singapura dan Malaysia. Oleh karena itu, penyebaran wisatawan perlu didorong ke wilayah kabupaten lain di Flores, termasuk Kabupaten Ngada, yang memiliki potensi besar.
“Flores memiliki kekayaan spiritual yang luar biasa, mulai dari arsitektur gereja tua, ritus keagamaan, hingga cerita-cerita mukjizat lokal. Ini merupakan aset daya tarik wisata minat khusus yang sangat potensial,” ujar Frans.
Ia juga menekankan pentingnya penyediaan fasilitas interpretasi serta penguatan narasi untuk mendukung pengalaman wisata religi yang mendalam dan bermakna. Selain itu, BPOLBF mendorong agar pembangunan infrastruktur destinasi wisata religi tetap mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal. Sebagai contoh, desain gereja atau gua dapat mengadaptasi arsitektur rumah adat Madhu dan Bhaga khas masyarakat Ngada, sebagai bentuk harmonisasi antara budaya lokal dan spiritualitas Katolik.
Beberapa agenda tindak lanjut dalam audiensi tersebut:
1. Inventarisasi destinasi dan event religi di wilayah Kevikepan Bajawa untuk integrasi dalam Calendar of Events (CoE) dan pola perjalanan wisata Flores.
2. Survei dan validasi lapangan ke lokasi-lokasi utama yang telah diidentifikasi dalam buku panduan wisata.
3. Penyusunan narasi wisata rohani berbasis sejarah Katolik, sebagai bagian dari promosi wisata berbasis cerita (story-based tourism).
4. Koordinasi lintas sektor antara gereja, keuskupan, pemerintah daerah, dan pelaku wisata untuk pengembangan akses, fasilitas, serta penyusunan kegiatan tahunan. Dengan kolaborasi erat lintas sektor ini, pengembangan wisata religi di Ngada diharapkan tidak hanya meningkatkan kunjungan wisatawan, tetapi juga memperkuat identitas budaya dan spiritual masyarakat lokal.
--------
Sisilia Lenita Jemana
Kepala Divisi Komunikasi Publik
Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores