Labuan Bajo, 05 Juni 2024-
Labuan Bajo berkembang pesat sejak ditetapkan pemerintah sebagai Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) di Indonesia. Penataan kawasan dalam kota Labuan Bajo mulai dilakukan sejak tahun 2020 hingga tahun 2024 telah berhasil mengubah dan memoles wajah Kota Labuan Bajo menjadi lebih indah karena tertata dengan lebih rapi, sehingga siap menyambut wisatawan yang datang berkunjung dan menambah ruang terbuka publik yang dapat dimanfaatkan untuk aktivitas publik yang bermanfaat bagi masyarakat terutama untuk mendorong peningkatan perekonomian masyarakat.
Plt Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Frans Teguh dalam wawancara dengan Government Public Relation Televisi (GPR TV) pada (05/06/2024) siang, menjelaskan bahwa setelah berbagai pembangunan dilakukan dan beberapa kali Labuan Bajo ditunjuk menjadi tuan rumah gelaran internasional, Labuan Bajo diharapkan dapat menjadi Hub Kepariwisataan bagi Flores dan Nusa Tenggara Timur secara keseluruhan.
Mendorong hal tersebut, saat ini, fokus perhatian BPOLBF terdapat di dua segmen utama yaitu, Parapuar sebagai wilayah otoritatif BPOLBF dan 10 Kabupaten di sepanjang Flores, Alor, dan Lembata serta 2 kecamatan di Kabupaten Bima, NTB. Parapuar kini tengah dalam proses pengembangan kawasan dengan Pola pendekatan 3ENC (Etno, Eco Edu, Culture dan Nature Conservation) sebagai pilar utama pembangunan dengan tetap mengedepankan falsafah dan kearifan lokal masyarakat Manggarai sebagai jiwa pengembangan kawasan.
Selanjutnya, pembangunan wilayah koordinatif berfokus pada koordinasi, kolaborasi dan integrasi program dan dukungan kepariwisataan demi menciptakan ekosistem kepariwisataan yang berkelanjutan untuk Labuan Bajo Flores, baik dari SDM kepariwisataan, penyelenggaraan event, komunitas, rantai pasok, infrastruktur, kebijakan serta beberapa isu lainnya yang beririsan dengan kepariwisataan.
Frans juga menyampaikan bahwa peranan pemerintah dalam mendorong percepatan pengembangan destinasi baru di Indonesia ini sudah dilakukan dengan maksimal.
"Kita harus mengakui dan menggaris bawahi bahwa peranan pemerintah dalam mendorong percepatan pengembangan destinasi baru di Indonesia sangatlah baik, dengan adanya ketersediaan infrastruktur, pelayanan dan berbagai aktivitas yang ter-representasi dari produk-produk wisata. Selanjutnya, Labuan Bajo Flores perlu kita kembangkan secara optimal karena. Pariwisata Labuan Bajo tidak bisa terlepas dari Flores dan NTT secara keseluruhan, karena Labuan Bajo merupakan entry gate untuk seluruh pengalaman pariwisata di Pulau Flores." ungkap Frans.
Lebih lanjut, terkait dengan Sumber Daya Manusia (SDM) di sektor Pariwisata menurutnya dapat dilakukan dengan pendekatan pendidikan formal dan pelatihan, penyiapan piranti pelaksanaan sertifikasi kompetensi, pembekalan, workshop, sosialisasi kepada pengusaha industri pariwisata, karyawan pada industri pariwisata maupun masyarakat yang berada di kawasan pariwisata.
Dalam 4 tahun terakhir banyak 9,692 total SDM Parekraf yang terfasilitasi BPOLBF dalam berbagai pelatihan seperti CHSE, Floratama Academy, Pameran Exotic NTT: Flores Beyond your Imagination dan Bali and Beyond Travel Fair, Like Exotic NTT, Pelatihan dan sertifikasi dan Beasiswa.
Pada tahun 2024 ini, BPOLBF merubah skema pengembangan SDM kepariwisataan Floratama dengan berfokus pada seminar-seminar tematik kepariwisataan, seperti desa wisata, wisata religi, krisis kepariwisataan, pelatihan eksekutif kepariwisataan seluruh NTT, kolaborasi antar komunitas, aktivasi peningkatan SDM dalam komunitas dan kolaborasi.
Dalam kesempatan yang sama, pada sesi wawancara ini juga dibahas bagaimana peran BPOLBF dalam memberdayakan perempuan dalam pengembangan pariwisata. Frans Teguh menjelaskan hampir 60% sumber daya manusia yang bergerak dalam ekosistem kepariwisataan adalah perempuan.
"Kita menyadari bahwa hampir 60% dari Sumber Daya Manusia yang bergerak di ekosistem kepariwisataan ini sebetulnya didominasi oleh perempuan dan BPOLBF sendiri berkomitmen dan juga sudah sering kali memberikan program unggulan untuk peningkatan SDM, seperti Floratama Academy, Ideathon, dan KONTRAS (Komunikasi Antar Komunitas) dengan mengangkat tema Perempuan Inspiratif." Jelas Frans.
Sebagian penutup, Frans juga menyampaikan bahwa sebagai daerah yang didorong untuk menjadi Hub Kepariwisataan NTT, DPSP Labuan Bajo juga tentu perlu memperhatikan penanganan dan pengelolaan sampah agar wisatawan merasa nyaman. Menurutnya, terdapat 4 Strategi utama dalam penyelesaian masalah sampah di Labuan Bajo, yaitu pengelolaan sampah terpadu, edukasi sampah, pelibatan komunitas lokal dan pengurangan plastik sekali pakai. Strategi ini perlu dilakukan dengan kerja sama bersama Pemerintah Daerah dan Organisasi lingkungan NGO untuk mengimplementasikan pengelolaan sampah secara lebih baik.
--------
Sisilia Lenita Jemana
Kepala Divisi Komunikasi Publik
Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores