Lembor, 19 September 2024- Dalam rangka mendukung pengembangan dan peningkatan kapasitas masyarakat di Desa Wisata, Dinas Pariwisata, Ekonomi Kreatif, dan Budaya (Disparekrafbud) Manggarai Barat berkolaborasi bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dan Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) mengadakan kegiatan Fasilitasi Masyarakat Desa Wisata (FASMADEWI) di Desa Wisata Siru.
Mengusung tema “Risiko Mitigasi di Destinasi Wisata” kegiatan fasilitasi ini bertujuan untuk memperkuat sistem Kemananan dan Keselamatan Destinasi Pariwisata. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat di Desa Wisata Siru dalam menghadapi berbagai potensi risiko di destinasi wisata.
Desa Wisata Siru terletak di Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat. Desa ini resmi menjadi desa wisata sejak tahun 2021 dengan menawarkan potensi agrowisata Ngalor Kalo, pertanian atau perkebunan, dan juga view point dari Masjid Jabal Nur.
Frans Teguh , Plt. Direktur Utama BPOLBF sekaligus Staf Ahli Menteri Bidang Pembangunan Berkelanjutan dan Konservasi Kemenparekraf menyampaikan, pengelolaan desa wisata memerlukan kolaborasi yang kuat dari semua pihak di desa dengan menerapkan semangat Sustainable Development Goals (SDGs) atau program pembangunan berkelanjutan.
“Perlu ada dorongan kolaborasi yang baik dan sistematis dalam pengelolaan Desa Wisata Siru. Pihak-pihak yang terlibat, seperti Kepala Desa, Pokdarwis, Bumdes, Karang Taruna, Ibu PKK, dan komunitas di desa, harus bersinergi untuk mencapai tujuan tersebut, sehingga melahirkan penggiat atau champions yang tidak mudah menyerah mengembangkan dan menerapkan desa wisata yang tangguh, yang memperhatikan kesejahteraan masyarkat, penjagaan ekosistem yang berkelanjutan melalui upaya konservasi lingkungan serta peningkatan pertumbuhan ekonomi," kata Frans.
Frans juga menjelaskan, desa Wisata juga perlu menyediakan jasa layanan seperti rumah makan lokal maupun homestay yang dikelola warga lokal dengan tetap menerapkan unsur budaya atau lokalitas yang merupakan nilai otentik dan orisinil yang melekat pada masyarakat mengingat desa wisata dibangun berlandaskan konsep Based Community. Frans juga mendorong Desa Wisata Siru agar mampu menawarkan dan menampilkan daya tarik yang bisa menjadi pembeda dengan daya tarik di desa wisata lainnya.
“Membangun desa wisata berarti membangun untuk masyarakat dengan pendekatan Based Community yang mengutamakan kepentingan masyarakat. Di samping itu membangun atau menciptakan desa wisata itu harus berani tampil, menawarkan sisi menarik, berbeda, unik, khas, juga otentik yang membedakannya dengan yang lain. Ini dapat memberikan pengalaman yang berbeda dan berkarakter bagi setiap pengunjung yang datang,” Tambah Frans
Sementara itu Chrispin Mesima, Sekretaris Disparekrafbud Manggarai Barat menyampaikan harapannya terhadap penyelenggaraan pelatihan di Desa Wisata Siru.
“Setelah pelatihan, diharapkan akan ada hasil yang signifikan. Dengan aktivitas di Ngalor Kalo Agrowisata, kami berharap Desa Wisata Siru akan lebih aktif dalam memanfaatkan potensi lokal dan pengetahuan yang diperoleh. Hal ini diharapkan dapat memicu partisipasi dalam pengelolaan baik di lokasi ini maupun di Desa Siru. Contohnya, pemanfaatan area di belakang masjid yang memiliki pemandangan menarik, sawah, dan sungai untuk meningkatkan daya tarik wisata desa,” ungkap Chrispin.
Sebagai penutup, Syamlan, Ketua Pokdarwis Desa Wisata Siru menyampaikan bahwa melalui kegiatan Fasmadewi tersebut, pihaknya mendapatkan banyak wawasan baru untuk mengelola Desa Wisata Siru lebih baik ke depannya.
“Kegiatan ini sangat berkesan bagi kami, terutama dalam hal pengetahuan yang kami peroleh tentang pengamanan di tempat wisata. Kami kini memahami bagaimana menangani kecelakaan atau kejadian tak terduga yang mungkin dialami oleh tamu. Dan saya selaku perwakilan Pokdarwis Wela Siru sangat berharap kegiatan pelatihan seperti ini akan terus berlanjut kedepannya untuk membantu kami Pokdarwis dalam mengelola desa wisata yang nyaman dan aman baik untuk kami sendiri, masyarakat desa maupun khusus untuk pengunjung atau wisatawan,” tutup Syamlan.
Rangkaian kegiatan pelatihan ini dibuka dengan penyambutan secara adat oleh Tetua Adat setempat di halaman Agrowisata Ngalor Kalo Desa Siru serta diikuti dengan iringan tarian daerah. Setelah itu, dilangsungkan pelatihan mitigasi risiko di Destinasi Wisata Desa Siru yang dipandu langsung oleh Sahabuddi, Project Officer Asia Pacific Alliance for Disaster Management (APAD). Kegiatan ini kemudian diakhiri dengan simulasi penanganan ketika terjadi kecelakaan di destinasi wisata.
Pelatihan ini diikuti oleh Masyarakat Desa Siru beserta kelompok Pokdarwis di desa tersebut.
------------------
Sisilia Lenita Jemana
Kepala Divisi Komunikasi Publik
Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores