Labuan Bajo, 07 Maret 2024-
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) saat ini terus mendorong penerapan green tourism (pariwisata hijau) dan penurunan emisi karbon di sektor pariwisata Indonesia, salah satunya labuan Bajo yang merupakan satu dari lima Destinasi Pariwisata Super Prioritas di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Frans Teguh, Staf Ahli Bidang Pembangunan Berkelanjutan dan Konservasi Kemenparekraf yang saat ini juga menjabat Plt Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) saat pemaparan Materi dalam kegiatan Floratama Executive Learning day 2 di Zasgo Hotel Labuan Bajo, Rabu (06/03/2024).
Kemenparekraf sendiri saat ini bekerjasama dengan Bappenas dan Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (DJPPI) yang merupakan unit kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang menangani perubahan iklim khususnya dalam penyelenggaraan mitigasi, adaptasi, penurunan emisi gas rumah kaca, penurunan dan penghapusan bahan perusak ozon, mobilisasi sumber daya, inventarisasi gas rumah kaca, monitoring, pelaporan dan verifikasi aksi mitigasi perubahan iklim serta pengendalian kebakaran hutan dan lahan.
"Saat ini kami bekerjasama dengan Bappenas dan DJPPI KLHK untuk pengendalian emisi karbon terutama karena konsep pengembangan pariwisata Labuan Bajo mengacu pada nilai-nilai keberlanjutan, sehingga penting sekali dalam pengembangannya kita perlu memperhatikan bagaimana model pembangunan yang terencana dari hulu ke hilir yang memikirkan sampai pada proses akhir sistem pembuangan dan pengolahan limbah, penggunaan listrik, hingga proses pengolahan pangan" jelas Frans.
Green tourism merupakan wujud konsep pariwisata berkelanjutan dan ekowisata yang bisa meminimalkan dampak negatif pariwisata terhadap lingkungan. Ini adalah pendekatan holistik yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan pengembangan pariwisata dan pelestarian lingkungan hidup.
Frans juga menyampaikan, ada 4 pilar yang fokus diterapkan Kemenparekraf dalam pengembangan green tourism, yaitu pengelolaan berkelanjutan (bisnis pariwisata), ekonomi berkelanjutan (sosio ekonomi) jangka panjang, keberlanjutan budaya (sustainable culture) yang harus selalu dikembangkan dan dijaga, serta aspek lingkungan (environment sustainability).
Jatna Supriatna, Professor and Chairman, Institute for Sustainable Earth and Resources (I-SER), Universitas Indonesia, narasumber Floratama Learning Center day 2 menyampaikan bahwa Potensi Wisata Alam NTT, Konservasi Biodiversitas dan Destinasi Wisata, Ekowisata, Ekonomi Hijau dan Biru, Daya Tampung dan Daya Dukung, LAC dan carbon footprint, zero waste dan circularity (konsep 3R) menjadi konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan di Flores.
"Konsep pengembangan inilah yang menjadi poin utama yang dilakukan semua pihak baik Pemerintah maupun para stakeholder di industri pariwisata dan ekraf, para tokoh Adat dan budayawan di pulau Flores ini untuk mengawal masa depan pariwisata Flores jangka panjangnya agar tetap lebih layak dalam memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat lokal" jelas Jatna.
Provinsi NTT sendiri memiliki potensi keanekaragaman dan kontur alam dan budaya yang luar biasa yang bisa dimanfaatkan untuk aktivitas pariwisata terutama ekowisata, yang kedepannya diharapkan mendatangkan wisatawan yang memiliki kesadaran dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Labuan Bajo sendiri merupakan gerbang pariwisata NTT yang dikenal dengan satwa komodo, yang merupakan hewan endemik dunia. Selain komodo, masih banyak lagi satwa endemik lainnya seperti burung dan kura-kura yang menjadi kekayaan alam dan sekaligus daya tarik wisata alam yang diminati oleh para wisatawan minat khusus.
Selain itu, NTT sendiri memiliki 4 Taman Nasional (TN) yang merupakan kawasan konservasi, antara lain TN Komodo, TN Kelimutu, TN Laiwengi Manggameti, dan TN Manupeu Tanah Daru. Dua dari 4 Taman Nasional tersebut terletak kawasan Floratama (Flores, Lembata, Alor, dan Bima), yaitu di Labuan Bajo dan Ende. Labuan Bajo sendiri, selain memiliki Taman Nasional, sejak tahun 1977 telah ditetapkan sebagai kawasan cagar manusia dan biosfer oleh UNESCO.
Narasumber lain yang juga hadir untuk memaparkan modul dalam kegiatan Floratama Executive Learning day 2 adalah Noviendi Makalam, Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kemenparekraf; Restog Krisna Kusuma, Staf Ahli Bidang Inovasi dan Kreativitas Kemenparekraf; Fadjar Hutomo, Staf Ahli Bidang Manajemen Krisis Kemenparekraf; Nia Niscaya, Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama.
--------
Sisilia Lenita Jemana
Kepala Divisi Komunikasi Publik
Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores