Labuan Bajo, 06 Mei 2024 -
Dalam rangka percepatan pengembangan Destinasi Parapuar sebagai sebagai Kawasan
Pariwisata Terintegrasi di Labuan Bajo Flores, Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) bersama Tim Ahli Reviu Master Plan Parapuar melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) reviu Master Plan Parapuar pada Senin (06/05/2024) pagi. Kegiatan yang diadakan secara Hybrid di Ruang Rapat Utama Kantor BPOLBF ini merupakan bagian dari proses reviu Master Plan Parapuar yang telah ada, guna memperkuat beberapa konten dan desain pengembangan kawasan terutama dari segi unsur budaya.
Penguatan konten budaya Manggarai dalam pengembangan Kawasan Parapuar merupakan strategi BPOLBF untuk memperkenalkan basis nilai budaya yang merupakan tonggak dalam pengembangan pariwisata. Destinasi Parapuar diharapkan dapat menjadi model dan ruang showcase dari kekayaan kearifan lokal masyarakat Manggarai Raya dan NTT pada umumnya.
Pada kesempatan tersebut, Plt. Direktur Utama BPOLBF, Frans Teguh menyampaikan bahwa konteks budaya akan menjadi jiwa dari Kawasan Parapuar yang termanifestasi dalam desain dan rencana pengembangan kawasan.
"FGD hari ini merupakan salah satu cara BPOLBF untuk mewujudkan agar budaya kita secara optimal dan maksimal terakomodir dan menjadi jiwa dalam Master Plan dan desain pengembangan Parapuar. Kita ingin menunjukkan bahwa pendekatan pengembangan pariwisata kita itu punya karakter dengan visi yang jelas bahwa Parapuar dapat menjadi showcase dari berbagai keunggulan, kekayaan budaya, karakter, dan keunikan kita. Melalui showcase yang kita tampilkan ini diharapkan dapat mendorong wisatawan ke tempat-tempat yang termanifestasikan di Parapuar" ungkap Frans.
Dalam FGD reviu Master Plan tersebut, BPOLBF juga mengundang Gabriel Mahal, salah satu tokoh pecinta dan pemerhati budaya Manggarai untuk memberikan insight, pandangan, dan sharing dalam pengembangan Kawasan Parapuar. Ia menyampaikan beberapa poin penting tentang konten budaya yang harus ditampilkan di Parpauar seperti Pola Perkampungan, Susunan Rumah Menurut Statusnya dalam Pola Perkampungan, dan Orientasi Pola Perkampungan Masyarakat Manggarai yang sarat akan makna dan kearifan lokal.
"Parapuar ingin membangun kesadaran akan lingkungan dan budaya. Ketika membangun Parapuar, itu seperti membangun kampung baru. Ketika membangun kampung baru maka harus mengikuti pola kampung lama orang Manggarai dan Parapuar menyatukan itu semua dan merepresentasikan Gendang One Lingko Pe'ang. Itu adalah jiwa dari Parapuar. Kawasan ini dapat memunculkan kembali pola perkampungan Masyarakat Manggarai”. jelas Gabrie.
Filosofi “Gendang One Lingko Pe’ang” sendiri merupakan ruang hidup orang Manggarai yang mencerminkan kedalaman nilai-nilai warisan leluhur. Ruang ini secara umum mencakup lima bagian, yaitu Kampung (Beo Bate Elor/ Natas Bate Labar), Rumah Adat (Mbaru Bate Kaeng, Mbaru Gendang), Altar Persembahan (Compang Bate Takung), Kebun (Uma Bate Duat/ Lingko), dan Sumber Air (Wae Bate Teku).
Lebih lanjut, Gabriel juga menjelaskan bahwa selain konten-konten budaya, yang harus juga diperhatikan adalah ritual-ritual adat yang perlu dilakukan saat pembangunan atau pengembangan itu dilakukan di Parapuar.
"Selain itu, kita juga harus memperhatikan ritual adat yang perlu dilakukann sehingga Parapuar punya spirit (semangat) dan value (nilai) yang saling terkoneksi” lanjutnya.
FGD dan Sharing Session ini dihadiri oleh peserta FGD yang terdiri dari pegawai BPOLBF dan Tim Ahli Reviu Master Plan Parapuar. Tim ini terdiri dari: Tenaga Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota, serta Kepariwisataan, Tenaga Ahli Teknik Sipil, Tenaga Ahli Arsitektur dan Perancangan Tapak, Tenaga Ahli Teknik Lingkungan, Geografi, Ekonomi, Budaya dan Arkeologi, Tenaga Ahli Ekonomi, Tenaga Ahli Mecanical, Electrical and Plumbing (MEP) dan Telekomunikasi, dan Tenaga Ahli Pemetaan/ GIS.
---------
Sisilia Lenita Jemana
Kepala Divisi Komunikasi Publik
Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores