Labuan Bajo, 21 Mei 2025-
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah salah satu provinsi di Indonesia yang kaya akan gastronomi lokal. Setiap Kabupatennya pasti memiliki olahan kuliner khas dari hasil gastronomi lokal setempat. Salah satunya adalah Kue Rambut dari Kabupaten Alor yang termasuk dalam rumpun Budaya Lamaholot Solor Watang Lema. Kue ini disebut Kue Rambut karena memiliki tekstur dan bentuk yang menyerupai helaian rambut yang halus sehingga terkesan unik dan menarik. Dalam bahasa Alor, Kue Rambut ini juga disebut Jawada.
Kue Rambut di Kabupaten Alor bukan saja menjadi kuliner lokal yang dijadikan kudapan atau oleh-oleh, tetapi memiliki makna filosofis yang kuat yaitu:
(1) Sebagai identitas masyarakat Alor;
(2) Bentuk Kue Rambut seperti pisau atau kapak bermakna semangat perjuangan dan kerja keras;
(3) Bentuk Kue Rambut bulat memiliki makna kekeluargaan;
(4) Kue Rambut juga memiliki makna persatuan;
(5) Kue Rambut dengan bermacam-macam tampilan ini juga dikonsumsi dalam kegiatan kemasyarakatan baik sebagai kudapan maupun acara-acara adat. Salah satunya adalah Kue Rambut Besar atau Jawada Beng yang digunakan pada saat kedukaan untuk ritus Sorong Tupa, simbol persatuan dan pengingat bahwa hubungan keluarga akan terus terjalin dengan Paman dari almarhum.
(6) Kue Rambut juga memiliki makna ketulusan dan mencairkan suasana yang kaku karena berbentuk helai rambut yang berongga sehingga bisa menerima semua unsur baik Udara, air tetapi tidak merusak kue rambut tersebut.
Plt Direktur BPOLBF, Frans Teguh, mengungkapkan bahwa pelestarian kuliner tradisional seperti Kue Rambut merupakan bagian penting dari strategi pembangunan pariwisata berkelanjutan di Flores, Alor, Lembata, dan NTT pada umumnya.
Pembuatan Jawada terdiri dari beberapa bahan dasar seperti tepung beras, tepung tapioka, gula pasir, gula air (gula yang dibuat dari nira tuak), air, dan santan kelapa. Bahan-bahan tersebut kemudian dicampur atau diaduk hingga kental menjadi satu lalu di goreng sampai berwarna kecoklatan. Adapun alat yang digunakan terbilang sederhana yakni batok tempurung kelapa yang dilubangi dengan beberapa lubang berukuran kecil seperti berbentuk sendok kuah atau spatula, yang oleh masyarakat disebut Kaha.
Ada 4 bentuk kue rambut yang lazim di Alor yaitu berbentuk seperti pisau, kapak segitiga, bulat panjang dan kue rambut besar (bulat besar) atau oleh masyarakat disebut Javada Beng. Proses pembuatannya pun terbilang sederhana. Setelah semua bahan dicampur menjadi satu adonan, adonan tersebut dituang dalam Kaha (batok yang telah dilubangi) , sambil dimasukkan ke dalam kuali yang telah berisi minyak panas sambal dipukul-pukul menggunakan Kentong (alat untuk memukul Kaha ) pada bagian tangkai Kaha dengan gerakan memutar membentuk lingkaran. Ketebalan Kue Rambut tergantung dari niat sang pembuat. Ada yang cukup 3 putaran atau enam putaran. Lalu sebelum kue rambut matang dibentuk atau dilipat menggunakan Hanuro(semacam lidi untuk membantu melipat Kue Rambut). Kue Rambut Alor ini juga terkenal dengan kerenyahannya .
Kue Rambut di Kabupaten Alor bukan saja menjadi kuliner lokal yang dijadikan kudapan atau oleh-oleh, tetapi memiliki makna filosofis yang kuat yaitu:
(1) Sebagai identitas masyarakat Alor;
(2) Bentuk Kue Rambut seperti pisau atau kapak bermakna semangat perjuangan dan kerja keras;
(3) Bentuk Kue Rambut bulat memiliki makna kekeluargaan;
(4) Kue Rambut juga memiliki makna persatuan;
(5) Kue Rambut dengan bermacam-macam tampilan ini juga dikonsumsi dalam kegiatan kemasyarakatan baik sebagai kudapan maupun acara-acara adat. Salah satunya adalah Kue Rambut Besar atau Jawada Beng yang digunakan pada saat kedukaan untuk ritus Sorong Tupa, simbol persatuan dan pengingat bahwa hubungan keluarga akan terus terjalin dengan Paman dari almarhum.
(6) Kue Rambut juga memiliki makna ketulusan dan mencairkan suasana yang kaku karena berbentuk helai rambut yang berongga sehingga bisa menerima semua unsur baik Udara, air tetapi tidak merusak kue rambut tersebut.
Plt Direktur BPOLBF, Frans Teguh, mengungkapkan bahwa pelestarian kuliner tradisional seperti Jawada merupakan bagian penting dari strategi pembangunan pariwisata berkelanjutan di Flores, Alor, Lembata, dan NTT pada umumnya.
"Kuliner lokal merupakan bagian dari kekayaan budaya yang harus dilestarikan, karena tidak hanya merepresentasikan cita rasa lokal, seperti Jawada yang merupakan kuliner khas Alor dan Lamaholot. Lebih dari itu, terkandung nilai-nilai tradisi kearifan lokal yang menjadi identitas masyarakat setempat. Kementerian Pariwisata sendiri tahun ini juga fokus terhadap beberapa program pengembangan dan promosi seperti salah satunya terkait gastronomi ini dan kami di BPOLBF berkomitmen untuk terus memperkenalkan produk kuliner lokal dan berharap wisatawan dapat mengenal dan menikmati berbagai kuliner khas lokal Flores sehingga turut menghidupkan ekonomi lokal", ujar Frans Teguh.
Kepala Dinas Pariwisata Alor, Muhamad Baesasku menyampaikan, Jawada atau Kue Rambut bukan hanya sajian khas yang menggugah selera, tetapi juga warisan budaya yang merepresentasikan filosofi hidup masyarakat Alor. Ia percaya, dengan memperkenalkan kuliner khas ini melalui pendekatan wisata gastronomi, Alor dapat melengkapi daya tarik destinasinya yang selama ini amat dikenal sebagai destinasi dengan kekayaan baharinya.
"Jawada bukan hanya sajian khas yang menggugah selera, tetapi juga warisan budaya yang merepresentasikan filosofi hidup masyarakat Alor. Kami percaya, dengan memperkenalkan kuliner ini melalui pendekatan wisata gastronomi, Alor tidak hanya dapat tampil sebagai destinasi baharinya, tetapi juga kearifan lokal yang autentik. Semoga kolaborasi lintas sektor bisa mengangkat potensi kuliner tradisional yang ada di Alor agar semakin dikenal masyarakat luas", Ungkap Muhamad.
Kue Rambut menjadi salah satu gastronomi lokal yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi produk oleh-oleh bagi para pengunjung yang datang ke Alor. Selaras dengan satu dari 5 program unggulan dari Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, Pariwisata Naik Kelas yang meliputi penguatan produk wisata Gastronomi (Wisata Kuliner), Marine (Wisata Bahari), dan Wellness Tourism (Wisata Sehat), yaitu wisata berbasis minat khusus yang saat ini semakin digalakkan, yang bertujuan untuk memperkuat citra Indonesia sebagai destinasi pariwisata berkualitas yang tidak hanya menawarkan keindahan alam dan pengalaman budaya, tetapi juga menawarkan wisata bergaya hidup sehat dan menyatu dengan alam.
--------
Sisilia Lenita Jemana
Kepala Divisi Komunikasi Publik
Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores