JELAJAH WISATA RELIGI KATOLIK PULAU FLORES: Bukit Doa Wato Miten, Destinasi Spiritual dan Wisata Alam di Lembata

Created at 2025-04-10

 

Labuan Bajo, 10 April 2025 — 

Bukit Doa Kawasan Ziarah Rohani Wato Miten di Desa Bour, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), menjadi salah satu destinasi wisata religi Katolik yang unggul dan memikat. Terletak di atas lahan seluas 40 hektar dengan ketinggian 140 meter di atas permukaan laut, kawasan ini menyuguhkan perpaduan antara keindahan alam dan kekuatan spiritual yang mendalam. 

Bukit Doa Wato Miten berjarak sekitar 18 kilometer dari pusat Kota Lewoleba, Ibu Kota Kabupaten Lembata, dan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit menggunakan kendaraan. Rute menuju lokasi cukup baik dan akan melewati destinasi populer lainnya yaitu Bukit Cinta Lembata. Dari puncak Bukit Doa, pengunjung dapat menyaksikan keindahan Selat Boleng dengan latar Pulau Adonara dan Gunung Ile Boleng, menjadikannya lokasi yang ideal untuk kontemplasi dan ibadah. 

Diresmikan pada 18 Mei 2013 oleh Yayasan Kasih Peduli Lembata bersama Pemerintah Kabupaten Lembata, kawasan ini lahir dari kolaborasi antara masyarakat lokal, pemerintah daerah Kab. Lembata, dan pihak swasta, dimana lahan tersebut dihibahkan oleh masyarakat, terutama keluarga Tuan Tanah Mans Wolor. Akses jalan, air, dan listrik di kawasan ini pun tersedia dan terus ditingkatkan guna mendukung kenyamanan pengunjung. 

Salah satu daya tarik utama Bukit Doa ini adalah Patung Maria Bunda Segala Bangsa setinggi 7 meter dengan penyangga beton setinggi 4 meter, yang diberkati oleh Uskup Larantuka, Mgr. Fransiskus Kopong Kung, Pr. pada 31 Oktober 2014. Selain itu, terdapat pula 14 stasi Jalan Salib dengan patung-patung tembaga setinggi 2-3 meter yang menggambarkan kisah sengsara Yesus Kristus. Uniknya, seluruh rancangan arsitektur dan patung ini merupakan karya Eko Priono, seorang arsitek Muslim asal Yogyakarta, yang turut menjadi simbol toleransi dan harmoni antarumat beragama. 

Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Lembata, Yakobus Andreas Wuwur, menyampaikan bahwa pemerintah daerah Kabupaten Lembata tengah mendorong pengembangan Bukit Doa Wato Miten sebagai salah satu destinasi wisata rohani unggulan di Pulau Flores. 

"Pemerintah daerah memberi apresiasi tinggi kepada Yang Mulia Uskup Larantuka, Mgr. Fransiskus Kopong Kung, Pr, serta Tarekat Suster-Suster Jesus Maria Joseph (SJMJ) yang telah aktif mengembangkan Bukit Doa Wato Miten sebagai destinasi wisata rohani. Kita berharap, dengan dukungan berbagai pihak, dapat kita wujudkan destinasi wisata rohani Bukit Doa Wato Miten sebagai salah satu destinasi wisata rohani unggulan Labuan Bajo Flores khususnya dan Provinsi NTT umumnya. Kita sedang menginisiasi event rohani tahunan sebagai bagian dari implementasi rencana kerja Bapak Bupati dan Bapak Wakil Bupati Lembata yang dapat terintegrasi dengan event rohani di Kawasan Labuan Bajo Flores terutama Semana Santa di Kabupaten Flores Timur serta wisata rohani lainnya", Ungkap Yakobus. 

Yakobus juga menekankan pentingnya kolaborasi antardaerah dan antarsektor dengan pendekatan Hexa Helix, yang melibatkan unsur Pemerintah, Akademisi, Pelaku Usaha/Bisnis, Komunitas/warga, Lembaga Keuangan/Agregator dan Media untuk mendorong tumbuh kembang sektor pariwisata secara berkelanjutan. 

Sementara itu, Plt. Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Frans Teguh menyampaikan sebagai upaya untuk mendukung dan meningkatkan daya tarik pariwisata di Pulau Flores, salah satunya Kabupaten Lembata, pihaknya akan selalu berkolaborasi dengan pemerintah daerah setempat, seperti pengembangan destinasi wisata religi dan promosi pariwisata. 

"Pulau Flores dengan tradisi kekatolikannya memiliki banyak sekali lokasi ziarah yang bisa dikunjungi tidak hanya wisatawan dari luar Pulau Flores, namun juga masyarakat sekitar. Kehadiran kawasan Bukit Doa Wato Miten ini menjadi daya tarik spiritual yang menawarkan suasana berbeda dari aktivitas wisata umumnya, terutama karena kawasan Bukit Doa ini menawarkan pemandangan alam yang luar biasa", Ungkap Frans. 

Frans juga berharap, banyaknya peziarah yang datang mengunjungi Bukit Doa Wato Miten dapat memberikan manfaat ekonomi masyarakat dan sekaligus kesadaran untuk menjaga nilai-nilai kearifan lokal setempat yang menjadi bagian dari inkulturasi gereja Katolik. Selain itu Frans berharap, semoga melalui pengembangan destinasi wisata ini, Lembata semakin dikenal sebagai tujuan wisata yang menarik dan berkelanjutan, serta memberikan dampak positif bagi kemajuan pariwisata di Indonesia. 

 

-----------------

Sisilia Lenita Jemana

Kepala Divisi Komunikasi Publik

Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores

thumbnail

Sinergi untuk Pelestarian: BPOLBF dan BPTNK PS Gali Potensi dan Tantangan Dusun Kerora

  Labuan Bajo, 16 April 2025-  Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) bersama Badan Peduli Taman Nasional Komodo dan Perairan Sekitarnya (BPTNK P...

thumbnail

Tingkatkan Kualitas Destinasi Pariwisata, KEMENPAR Gelar Gerakan Wisata Bersih (GWB) di Labuan Bajo

  Labuan Bajo, 12 April 2025 –  Kementerian Pariwisata berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat, Injourney Tourism Development Corporat...

thumbnail

Harmoni Jazz dan Alam Timur: Suksesnya International Golo Mori Jazz 2025 di Labuan Bajo

  Labuan Bajo, 12 April 2025-  Internasional Golo Mori Jazz 2025 (IGMJ) sukses diselenggarakan pada Sabtu, (12/04/2025) di kawasan Injourney Tourism Developme...

Ada pertanyaan ?

Lihat FAQ ? atau Hubungi Kami