Labuan Bajo, 21 April 2025 -
Gua Maria Golo Curu adalah salah satu Destinasi Wisata Religi Katolik yang ada di Pulau Flores tepatnya di Karot Curu, Kota Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Gua Maria ini menjadi salah satu tempat bagi umat Katolik yang ingin berdoa dan melakukan permenungan iman.
Gua Maria yang terletak di sekitar Kota Ruteng ini menjadi salah satu tempat ziarah yang ramai dikunjungi oleh peziarah di setiap liburan. Suasana yang tenang dan khusyuk memenuhi gua ini, sangat menenangkan bagi para pengunjung yang datang untuk berdoa, merenung, dan mencari kedamaian batin. Di Golo Curu, para pengunjung dapat menemukan patung Bunda Maria yang menghadap ke arah barat, dimana matahari terbenam dari pandangan mata Kota Ruteng.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai, Aloisius Jebarut menyampaikan, Golo Curu merupakan salah satu obyek wisata pilgrim atau ziarah yang bisa dikunjungi di sekitar kota Ruteng. Menurutnya, Golo Curu berdiri kokoh untuk siap menjemput ( curu dalam bahasa Manggarai) siapa saja yang hendak menikmati keberkahan alam termasuk untuk menenangkan diri.
"Julukan Ruteng sebagai Kota Seribu Gereja tercermin dari jejak peninggalan ajaran agama katolik melalui bangunan biara dan beberapa banguan gereja, Gua Maria, dan tradisi kehidupan umat katolik warga kota Ruteng yang masih bertahan hingga saat ini melalui perayaan Paskah dan Natal maupun tradisi doa Rosario pada bulan Mei dan Oktober. Golo Curu merupakan salah satu obyek wisata untuk menjalani kegiatan wisata pilgrim atau ziarah karena memiliki patung Bunda Maria dengan tinggi mencapai kurang lebih 2 meter dan berada tepat di atas Puncak Bukit dengan panorama alam megah di sekeliling bukit. Lokasinya yang sangat strategis di sudut utara kota Ruteng dan siap menjemput siapa saja yang hendak menikmati keberkahan alam termasuk untuk menenangkan diri karena cukup jauh dari hiruk pikuk kota." jelasnya.
Plt. Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Frans Teguh mengatakan, Gua Maria Golo Curu merupakan salah satu contoh bagaimana pariwisata religi dapat dikembangkan dengan bersinergi dengan pelestarian budaya dan lingkungan. Ia menegaskan pentingnya menjadikan tempat-tempat ziarah seperti Golo Curu tidak hanya sebagai tujuan spiritual, tetapi juga sebagai bagian dari ekosistem pariwisata yang berkelanjutan di kawasan Flores dan Nusa Tenggara Timur secara umum.
"Golo Curu memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata religi yang memberi pengalaman spiritual sekaligus menyentuh sisi budaya dan alam. Kita ingin menjadikannya sebagai magnet bagi wisatawan rohani dari dalam dan luar negeri,” ujar Frans.
BPOLBF sendiri sejak tahun 2024 berkomitmen untuk mendukung promosi digital, kolaborasi dan sinergi antara pemerintah daerah, Gereja Katolik, serta masyarakat lokal dalam rangka pengembangan daya tarik wisata religi Katolik di Pulau Flores, termasuk salah satunya Gua Maria Golo Curu yang diharapkan dapat menjadi ikon wisata rohani Flores yang mampu menghadirkan pengalaman spiritual mendalam, yang disisi lain dapat sekaligus meningkatkan kualitas pengelolaan lokasi ziarah demi menjamin kenyamanan para peziarah dan pengunjung lainnya.
Salah satu daya tarik utama Golo Curu adalah keindahan alam di sekitarnya. Pagi hari, saat memasuki kawasan gua, pengunjung akan disambut oleh pancaran cahaya matahari yang menembus cela-cela pepohonan yang rindang, memberi kesan magis bagi peziarah. Sementara itu, dari arah selatan kota Ruteng para pengunjung akan menemukan hamparan luas pemandangan kaki pegunungan Mandosawu, yang menawarkan perspektif yang luar biasa tentang kehidupan keseharian penduduk lokal dan keunikan arsitektur tradisional seperti rumah adat yang hingga saat ini masih dilestarikan dan bangunan - bangunan bergaya Eropa. Kunjungan ke Gua Maria Golo Curu tidak memungut biaya masuk.
Lokasi Gua Maria Golo Curu sangat mudah dijangkau pengunjung dari pusat Kota Ruteng. Hanya sekitar 2,9 KM atau sekitar 8 menit perjalanan dari jalan Motang Rua yang merupakan kawasan pertokoan Kota Ruteng. Pengunjung akan melewati gapura dengan 14 relief perhentian yang merupakan kisah sengsara penyaliban Tuhan Yesus saat memasuki Golo Curu. Perjalanan menuju Gua ini juga akan melewati Gereja Paroki St Fransiskus Assisi Karot yang tidak kalah menarik untuk dikunjungi dan menjadi tempat berdoa bagi para peziarah. Gereja ini juga memiliki arsitektur Neo-Gotik yang diadaptasi secara tropikal, dengan elemen vertikal dan simbol keagamaan yang khas seperti salib Tau (T) di façade yang memberi identitas spiritual dan simbol Ordo Fransiskan. Desain ini juga sering ditemukan pada gereja-gereja Katolik di wilayah Flores, NTT, yang memiliki akar tradisi Katolik yang kuat.
--------
Sisilia Lenita Jemana
Kepala Divisi Komunikasi Publik
Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores