Ngada, 09 Juni 2025,-
Masih dalam rangkaian kunjungan ke zona koordinatif, Plt. Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) beserta Tim melakukan kunjungan singkat ke Kampus Bambu Turetogo, sebuah pusat pendidikan dan pelestarian budaya di Kabupaten Ngada, yang berada di bawah naungan Yayasan Bambu Lestari. Kampus Bambu ini berlokasi di Desa Ratogesa, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada.
Kunjungan ini bertujuan untuk melihat langsung praktik dalam pelestarian bambu, pembangunan berkelanjutan, serta pemberdayaan masyarakat lokal—terutama peran perempuan dalam agroforestri bambu. Tim juga berdialog langsung dengan para pengelola dan "Mama-Mama Bambu", sebutan bagi para alumni perempuan Kampus Bambu yang kini aktif mengembangkan industri bambu lokal.
Kampus Bambu Turetogo merupakan kawasan seluas 70,2 hektar yang didirikan dengan visi untuk melestarikan budaya lokal, mengembangkan pengetahuan tradisional, serta memberikan pendidikan yang berfokus pada keberlanjutan dan keharmonisan dengan alam. Kawasan ini diresmikan pada 24 Mei 2021 oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur, Victor Bungtilu Laiskodat.
Beberapa jenis bambu yang ada di Kampus Bambu Turetogo Ngada, antara lain bambu petung dam bambu betung.
Nama Turetogo berasal dari bahasa lokal yang berarti “pertemuan air dan bambu”, menggambarkan keterikatan kawasan ini dengan elemen alam yang penting bagi masyarakat Ngada.
Seluruh bangunan di kawasan ini dibangun hampir sepenuhnya dari bambu – bahan alami yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memiliki nilai estetika dan filosofis tinggi. Terdapat beberapa bangunan di kampus ini yakni Rumah Musik Mama Linda, lalu area penginapan untuk para pengunjung yang dikenakan tarif Rp. 250.000 – Rp350.000 per malam, gedung pelatihan, hingga gazebo yang semuanya terbuat dari bambu.
Aktivitas utama Kampus Bambu Turetogo adalah pembibitan dan pembesaran bambu, dengan melibatkan masyarakat khususnya para Ibu-ibu PKK dalam pelatihan agroforestri bambu. Selain itu, untuk terus mejaga pelestarian bambu sebagai bagian dari budaya masyarakat Ngada, aktivitas pasar dibuka di tengah kawasan hutan bambu Wolobobo. Pasar tersebut adalah Pasar rakyat Napu Bheto Turetogo.
Frans Teguh, Plt. Direktur Utama BPOLBF, menyampaikan apresiasinya terhadap inisiatif lokal yang mengedepankan prinsip keberlanjutan.
"Kampus Bambu Turetogo adalah contoh nyata bagaimana kekayaan lokal, bila dikembangkan dengan pendekatan keberlanjutan dan kolaboratif, mampu menjadi daya penggerak ekonomi sekaligus menjaga harmoni dengan alam. Peran aktif masyarakat, khususnya perempuan, menjadi kekuatan utama yang perlu terus kita dukung. BPOLBF berkomitmen untuk mengangkat potensi seperti ini menjadi bagian dari ekosistem destinasi pariwisata berkualitas di Flores dan sekitarnya." Ujar Frans.
--------
Sisilia Lenita Jemana
Kepala Divisi Komunikasi Publik
Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores