Napak Tilas 100 Tahun Gereja Tua Rekas; Saksi Sejarah Spiritual Katolik Manggarai Barat

Created at 2024-07-14

Rekas, 14 Juli 2024 - Menyusuri jejak sejarah kekatolikan di ujung barat Pulau Flores, kita akan menemukan sebuah gereja tua berusia 100 tahun di Kampung Rekas, Desa Kempo, Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat. Gereja tua Rekas yang merupakan bagian dari Wilayah Keuskupan Ruteng tersebut merupakan gereja tertua di Manggarai Barat dan hanya berjarak tempuh sekitar 1,5 jam berkendara dari Labuan Bajo. 

Didirikan pada tahun 1925 oleh misionaris Jerman Pater Franc Eickman SVD, Gereja Tua Paroki Rekas menjadi saksi sejarah awal masuknya agama Katolik di Manggarai Barat yang di kemudian hari menjadi Pusat Misi Penyebaran Agama Katolik di Wilayah Barat Keuskupan Ruteng. Berdasarkan sejarah inilah, Gereja Tua Rekas kemudian ditetapkan menjadi salah satu situs Wisata Religi pada tahun 2019 oleh bupati Manggarai Barat saat itu. 

Dengan dijadikannya Gereja Tua Rekas sebagai Situs Wisata Religi, maka situs ini menjadi lokasi ziarah umat Katolik yang peran sakralnya dalam penyebaran agama Katolik di wilayah barat Keuskupan Ruteng akan terus terawat dalam ingatan umat Katolik di Manggarai Barat dan memberi pengalaman spiritual dan sakral bagi para peziarah yang datang berkunjung. 

Seiring dengan pengembangan dan bertumbuhnya pariwisata minat khusus di Indonesia, wisata religi menjadi salah satu jenis wisata yang turut dikembangkan dengan menyesuaikan karakteristik masing-masing daerah. 

Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) saat ini tengah mendorong dan menargetkan Pulau Flores menjadi Destinasi Utama Wisata Religi Katolik di Indonesia. Peran pengembangan ini tentu saja melibatkan kolaborasi seluruh pihak yang merupakan otoritas wilayah dari empat wilayah Keuskupan mulai dari Keuskupan Agung Ende, Keuskupan Maumere, Keuskupan Larantuka, Keuskupan Ruteng, dan satu kevikepan Labuan Bajo. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah kolaborasi aktif dengan Dinas Pariwisata di 9 Kabupaten yang ada di Daratan Pulau Flores, Komunitas Basis Umat, Pelaku Pariwisata dari semua elemen industri yang terintegral. 

Plt. Direktur Utama BPOLBF, Frans Teguh dalam kunjungannya bersama jajarannya ke Kampung Rekas pada Sabtu dan Minggu (13-14/07/2024) lalu menyampaikan, bahwa kehadirannya bersama jajarannya adalah untuk melihat lebih jauh tentang potensi wisata religi di Rekas agar dapat dikemas dan dikelola secara lebih maksimal. 

”Kunjungan kami kali ini adalah untuk melihat secara lebih jauh mengenai potensi wisata religi yang ingin di kembangkan agar dapat dikemas dan dikelola, dan yang sekaligus dapat kami dampingi. Saya yakin pasti orang muda Rekas memiliki kreativitas dan inovasinya sendiri untuk mengembangan potensi wilayah ini" jelas Frans. 

Kunjungan ini merupakan tindak lanjut dari "FGD Potensi dan Strategi Pengembangan Wisata Religi Katolik di Pulau Flores" yang telah dilaksanakan pada 05 Juli 2024 lalu, yang dihadiri oleh para pemangku kepentingan di Wilayah Keuskupan Agung Ende, Keuskupan Larantuka, Keuskupan Maumere, Keuskupan Ruteng, dan Dinas Pariwisata di 9 Kabupaten di Pulau Flores. Kunjungan selama 2 hari ini juga merupakan bagian dari cara BPOLBF untuk menggali potensi ekonomi kreatif yang ada di sekitar Rekas yang merupakan bagian dari pendukung industri kepariwisataan. 

Frans juga melanjutkan bahwa pengembangan wisata religi adalah dengan menggali potensi-potensi religi dan aspek spiritual yang ada dan disisi lain juga mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi yang memberi dampak bagi kesejahteraan masyarakat di daerah. 

”Masyarakat Flores mayoritas katolik, sehingga Flores bisa menjadi tempat orang datang untuk mendapatkan pengalaman spiritual. Tetapi Wisata religi ini tidak hanya dikembangkan pada aspek spiritualitas saja tetapi juga aspek ekonomi dimana pengembangan ini harus berdampak dan bermuara bagi kesejahteraan masyarakat.” lanjut Frans 

Rekas juga dinilai telah memenuhi Konsep Sadar Wisata yaitu Sapta Pesona: Aman, Tertib, Bersih, Sejuk, Indah, Ramah dan Kenangan. Konsep ini sangat penting ketika sebuah destinasi akan dikembangkan dan juga merupakan modal sosial untuk menarik orang datang dan tinggal lebih lama di Rekas. 

Selain itu, penguatan narasi, penguatan SDM melalui berbagai pelatihan dan sertifikasi, pengembangan eco-homestay dan gastronomi juga bisa digali agar dapat melahirkan destinasi wisata dan event religi yang berkelanjutan. Berbagai peningkatan dan pengembangan ini diharapkan dapat berdampak bagi pertumbuhan ekonomi dan masyarakat. 

Pater Yeremias G. Bero, SVD., Pastor Paroki Gereja St. Maria Penghibur Orang Berduka Cita Rekas juga menyampaikan, saat ini paroki telah bekerja sama dengan beberapa donatur yang kebanyakan berasal dari pelaku pariwisata untuk merenovasi Gereja Tua Rekas. Pater Yerem juga menyampaikan bahwa tahun depan merupakan ulang tahun Gereja Tua Rekas yang ke 100 tahun dan akan dijadikan Situs Cagar Budaya. 

"Gereja Tua ini juga nantinya akan di jadikan Situs Cagar Budaya terutama karena usia Gereja yang sudah hampir 100 tahun pada 2025. Kami berharap kawasan ini dapat dikembangkan sebagai spot pariwisata dan di lain sisi juga bisa makin mengembangkan industri kreatif bagi masyarakat, yang nantinya akan mendukung perekonomian masyarakat disini,” jelas Pater Yerem. 

Dalam kesempatan tersebut BPOLBF juga melakukan pertemuan lintas komunitas bersama dengan komunitas dari Paroki Rekas mengenai upaya memajukan pariwisata, khususnya wisata religi Katolik. 

Adrianus Taur, pemilik UMKM Sari Toga juga turut hadir dalam pertemuan bersama komunitas ini. Andri bercerita tentang pengalaman serta perkembangan usaha yang ditekuninya selama ini. 

"Ada begitu banyak program peningkatan kapasitas, baik yang diselenggarakan BPOLBF maupun dari Kementerian dan melalui program tersebut kami mendapatkan banyak bimbingan untuk pengembangan produk kami. Kami juga dibantu untuk aktif dalam berbagai event sehingga produk kami semakin dikenal luas dan penjualan produk kami meningkat, seperti dalam minggu ini kami mendapatkan pesanan dari Malaysia dan produk kami siap. Dibutuhkan ketekunan dan sabar berproses mengikuti berbagai program pelatihan yang diberikan," ungkap Adrianus. 

Selain Gereja Tua, Rekas juga memiliki sejarah pendidikan di Manggarai Barat dimana pada tahun 1921 seorang misionaris Eropa membangun sebuah sekolah dasar, yaitu SDK Rekas 1 yang saat ini merupakan salah satu sekolah tertua di Manggarai Barat. Pada tahun 2024 ini sekolah yang dikelola oleh Yayasan Sukma Keuskupan Ruteng tersebut telah berusia lebih dari seabad. 

Kampung Rekas juga memiliki banyak produk ekraf yang dikembangkan sejak lama seperti Gerabah Compang (kerajinan tangan dari tanah liat), Tenun, Anyaman Topi Re'a, Anyaman Pandan, dan berbagai produk ekraf lainnya yang dihasilkan oleh masyarakat sekitar Paroki Rekas. Hal menarik lainnya di Rekas adalah Pasar Tradisional yang hanya dibuka 1 (satu) kali dalam seminggu tepatnya pada tiap hari Rabu dimana kita bisa melihat berbagai produk ekraf serta hasil kekayaan alam seperti umbi umbian, sayur sayuran, buah, minuman Khas Tuak, dan masih banyak lagi. 

Begitupun potensi gastronomi, Rekas juga memiliki makanan khas Songkol yang berbahan dasar singkong parut dan dicampur dengan hasil parutan kelapa dan dikukus dalam bambu menggunakan api dari kayu bakar. Ada juga Bobo, yaitu masakan dari berbagai jenis daging atau ikan yang diolah dengan menggunakan bumbu tradisional dan dimasukan dalam bambu dan didekatkan dengan bara api selama hampir 4 jam. Selebihnya makanan olahan keripik dari ubi ubian dan pisang. 

Dalam kunjungan ini, BPOLBF juga melakukan pelayanan Koor dan Liturgi di Paroki Gereja Katolik St. Maria Penghibur Orang Berduka Cita, Desa Rekas pada Minggu (14/07/2024). 

 

---------

Sisilia Lenita Jemana

Kepala Divisi Komunikasi Publik

Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores

thumbnail

Semarak Labuan Bajo Waterfront Festival 2024, Tampilkan Keindahan Flores dan Budaya Lokal

  Labuan Bajo, 16 November 2024- Semarak Event Labuan Bajo Waterfront Festival (LBWF) yang diselenggarakan oleh Hotel Meruorah Labuan Bajo dan didukung oleh Badan P...

thumbnail

Senandung Dewi Labuan Bajo 2024: Pesona Kekayaan Budaya Desa Wisata Manggarai Barat

  Labuan Bajo, 10 November 2024-  Semarak Event Unggulan di Desa Wisata 2024 (Senandung Dewi) untuk pertama kalinya diselenggarakan di wilayah Floratama di de...

thumbnail

Senandung Dewi Labuan Bajo: Event Desa Wisata Sebagai Etalase Budaya Nusantara

  Labuan Bajo, 07 November 2024-  Dalam rangka mendorong pengembangan dan promosi desa wisata di Kabupaten Manggarai Barat, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi...

Ada pertanyaan ?

Lihat FAQ ? atau Hubungi Kami