Labuan Bajo, 1 Agustus 2024-
Badan Layanan Umum Pusat Pengelolaan Komplek Kemayoran (BLU PPKK) melakukan kunjungan kerja sekaligus studi banding ke Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) pada Kamis (01/08/2024) pagi. Kunjungan ini bertujuan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam pengelolaan kawasan secara efektif dan efisien, terutama di Labuan Bajo Flores merupakan salah satu Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) dan BPOLBF sendiri juga diberi mandat untuk mengelola Kawasan Destinasi Wisata "Parapuar" yang berlokasi di tengah kota Labuan Bajo.
Dalam kunjungan tersebut, Direktur Utama Pusat Pengelolaan Kawasan Kemayoran (PPK Kemayoran), Medi Kristanto menyampaikan bahwa daerah atau kawasan Kemayoran dibangun sebagai contoh pusat rekreasi yang suistainable (berkelanjutan).
“Pembangunan kawasan dilakukan dengan tetap memperhatikan aspek lingkungan dan keseimbangan ekologi seperti kita diberi akses untuk mengelola kawasan seluas 450 hektar yang merupakan bekas bandara internasional yang kini dikelola untuk mewujudkan kawasan smart city di DKI Jakarta. Kawasan ini menjadi bagian ruang terbuka hijau Kemayoran, ” ucap Medi
Bersamaan dengan itu Medi Kristanto juga menambahkan harapan ke depan untuk memperkuat jaringan akan membentuk grup atau forum antara BLU PPK bersama BPOLBF.
“Kegiatan studi banding dijalankan untuk memperkuat jaringan dan kerja sama antar pengelola kawasan di Indonesia. Dengan demikian, setiap kawasan dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi maksimal bagi perkembangan kawasan dengan pembentukan group atau forum direksi antar BLU PPKK dan BPOLBF untuk saling sharing ataupun berdiksusi mengenai sistem pengelolaan kawasan yang efektif dan suistainable atau berkelanjutan yang mana bukan hanya untuk kawasan wisata di destinasi prioritas Labuan Bajo tetapi mencakup ke lima DSP yakni Borobudur, Likupang, Danau Toba, dan Mandalika” tambah Medi.
Sejalan dengan itu, Konstant M. Nandus, selaku Direktur Destinasi Pariwisata BPOLBF mengungkapkan BPOLBF juga sudah menerapkan sistem pembangunan berkelanjutan di Kawasan Parapuar.
“BPOLBF diberi mandat untuk mengelola kawasan seluas 400 hektar yang kami sebut Parapuar dan saat ini BPOLBF telah mendapat Sertifikat Hak Pengelolaan Lahan (HPL) seluas 129,60 Ha, sehingga kawasan ini secara legalitas sudah Clean and Clear dan peluang investasi sangat terbuka untuk para investor baik asing, nasional, maupun, lokal. Pada kawasan HPL 129,60 Ha ini, hanya 20,05% dari seluruh kawasan yang akan dimanfaatkan. Pengelolaan ini tentu menjadi tugas utama kami untuk menjadikan kawasan ini sebagai salah satu destinasi pariwisata yang terpadu dan suistainable. Pengelolaan kawasan ini akan disesuaikan dengan masterplan kawasan yang sekarang masih dalam proses review." Ungkap, Konstan.
Sebagai destinasi baru yang akan dikembangkan di Kota Labuan Bajo, pembangunan Parapuar mengedepankan Konsep Harmoni dengan Alam 3ECNC (Etno - Eco - Edu - Culture & Nature Conservation). Pengembangan destinasi di Parapuar akan didasari pada asas keseimbangan ekologi lingkungan, budaya, dan sosial masyarakat. Atraksi baru di Parapuar, baik itu atraksi alam, atraksi sosial, atraksi budaya, dan atraksi buatan akan mengedepankan asas keseimbangan ekologi lingkungan, budaya, dan sosial masyarakat. Selain itu, ketersediaan amenitas dengan entitas lokal yang menyatu dengan alam juga diharapakan akan menambah daya tarik wisata karena akan menjadi sesuatu yang unik.
Pada sesi penutup kunjungan, kedua belah pihak saling memberikan pelakat sebagai simbol untuk meneruskan kerja sama networking ke depan dalam membangun, mengelola dan menata kawasan yang baik sehingga bisa memberikan kontribusi yang maksimal kepada masyarakat.
---------
Sisilia Lenita Jemana
Kepala Divisi Komunikasi Publik
Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores