Labuan Bajo, 15 Agustus 2024-
Festival Golo Koe telah resmi dibuka pada Sabtu, 10 Agustus 2024 lalu. Hal ini menjadi tanda bahwa beberapa deretan kegiatan dalam festival ini mulai dari pentas seni, budaya, dan pekan UMKM akan terus terus berlangsung hingga 15 Agustus 2024.
Setelah berlangsung selama 5 hari, event ini terus ramai dikunjungi wisatawan, terutama pada pukul 16.00 WITA hingga malam hari. Dalam festival ini, para pengunjung baik wisatawan lokal maupun manca negara disuguhi dengan penampilan pentas Sendratasik (Seni, Drama, Tari, dan Musik) dari berbagai paguyuban etnik yang ada di Labuan Bajo, paroki, komunitas dan sekolah-sekolah. Tidak saja mengenalkan budaya lokal Manggarai Raya, event ini juga diisi oleh penampilan dari lintas komunitas etnis seperti Kalimantan dengan permainan alat musik Sape, dan tari-tarian dari paguyuban Sabu NTT.
Selain itu, event ini juga diramaikan oleh suguhan produk dari 200 UMKM yang berasal dari komunitas, paroki, dan perorangan baik dari bidang kriya, fashion, maupun kuliner di wilayah Keuskupan Ruteng yaitu Kabupaten Manggarai, Manggarai Barat, dan Manggarai Timur.
Hal ini senada dengan yang disampaikan Uksup Terpilih Keuskupan Labuan Bajo, Mgr. Maksimus Regus saat membuka kegiatan ini beberapa waktu lalu. Mgr. Maksimus menyampaikan bahwa Festival Golo Koe hadir untuk mendorong akselerasi kultural di tengah kemajuan ekonomi pariwisata.
“Festival Golo Koe coba menawarkan dan ingin mengambil peran untuk mendorong akselerasi kultural agar tidak terjadi ketimpangan antara janji kemajuan ekonomi dari pariwisata di satu pihak tetapi juga tidak meninggalkan aspek-aspek budaya dan nilai-nilai kelokalan, karakter sosial masyarakat setempat dalam masifikasi industri pariwisata" ungkap Mgr. Maksimus.
Selanjutnya, salah satu agenda yang menjadi highlight dalam festival ini, yaitu Prosesi Laut dan Darat Bunda Maria Assumpta Nusantara, pada Rabu (14/08/2023) lalu juga telah diadakan. Prosesi ini dipimpin langsung oleh Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat dan Uskup Terpilih Keuskupan Labuan Bajo, Mgr. Maksimus Regus dan diikuti oleh ribuan umat Keuskupan Ruteng dan wisatawan.
Prosesi ini dimulai dari Gereja Stela Maris Labuan Bajo dan dilanjutkan ke Dermaga Kampung Ujung. Prosesi perarakan patung kemudian dilanjutkan dengan Prosesi Laut dengan menggunakan Kapal Phinisi, didampingi 1 Kapal Phinisi, 4 Kapal Open Deck dan puluhan Ketinting dengan rute Pelabuhan Ta'aktana melintasi perairan Pulau Monyet atau Bajo menuju Perairan Pantai Pede (depan hotel La Prima) dan kembali ke Waterfront.
Setibanya di Dermaga Waterfront, Patung Bunda Maria bersama rombongan prosesi laut disambut dengan tari-tarian dari Paguyuban Ngada, Bajawa dan kemudian dilanjutkan dengan penerimaan secara adat Manggarai oleh para tetua adat di depan tribun Waterfront. Prosesi ini kemudian dilanjutkan dengan prosesi darat menuju Gua Maria Golo Koe yang berlokasi di Kelurahan Wae Kelambu, Kecamatan Komodo. Prosesi Darat dan Laut ini juga didampingi Polairud Labuan Bajo, KSOP, Polres Manggarai Barat, Dinas Perhubungan, Komunitas THS THM, dan perwakilan pelajar di Labuan Bajo.
Theodora, salah seorang umat yang mengikuti prosesi ini menyampaikan bahwa dirinya mendapat pengalaman rohaniah yang luar biasa karena bersama ribuan umat lainnya bersama-sama berdoa di sepanjang perjalanan menuju Golo Koe.
“Saya pribadi baru pertama kali mengikuti prosesi ini. Ada perasaan haru bercampur bahagia karena bisa mengikuti prosesi ini dengan lengkap dari Gereja Stela Maris hingga ke Golo Koe. Terutama jika selama ini biasanya berdoa bersama keluarga di rumah dan bersama umat lainnya di Gereja dan KBG (Komunitas Basis Gerejawi), kali ini bersama ribuan umat lainnya mendaraskan doa yang sama sepanjang peerjalanan." ujar Theodora.
Sementara itu, Frans Teguh, Plt. Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) mengungkapkan bahwa prosesi ini merupakan prosesi keagamaan yang mendalam dan merupakan momen penting untuk mencerminkan kekayaan budaya dan spiritualitas di Keuskupan Ruteng.
“Prosesi Laut dan Darat Patung Bunda Maria Assumpta Nusantara ini bukan hanya merupakan prosesi keagamaan yang mendalam, tetapi juga merupakan momen penting yang mencerminkan kekayaan budaya dan spiritualitas komunitas kita. Prosesi ini memiliki makna yang sangat dalam bagi banyak orang dan berfungsi sebagai jembatan penghubung antara kebudayaan dan keimanan. Dalam konteks pariwisata, prosesi ini tidak hanya memperkaya pengalaman spiritual bagi para umat, tetapi juga menambah daya tarik budaya bagi pengunjung dari berbagai daerah dan negara" tutup Frans.
-----------
Sisilia Lenita Jemana
Kepala Divisi Komunikasi Publik
Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores