Labuan Bajo, 11 Juni 2025–
Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) menerima kunjungan audiensi dari Tim Arsitektur Universitas Pelita Harapan (UPH) bersama delegasi Master of Sustainable Architecture Studies (MSAS) dari University of Florida pada Rabu (11/6/2025) pagi di Kantor BPOLBF, Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
Kunjungan ini merupakan bagian dari studi lapangan kolaboratif yang dilakukan oleh kedua institusi pendidikan tinggi tersebut untuk memahami secara langsung implementasi pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di wilayah Labuan Bajo yang merupakan salah satu destinasi pariwisata unggulan di Indonesia.
Plt. Direktur Utama BPOLBF, Frans Teguh, secara langsung menyambut rombongan dan menyampaikan apresiasi atas ketertarikan kalangan akademisi tersebut dalam mempelajari lebih dalam pendekatan pembangunan berkelanjutan yang diterapkan di kawasan Labuan Bajo.
“Terima kasih kepada tim Universitas Pelita Harapan (UPH) dan MSAS University of Florida atas perhatian dan komitmennya terhadap isu pembangunan berkelanjutan di Labuan Bajo. Kontribusi aktif ini menjadi langkah nyata menuju masa depan yang inklusif, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. Kolaborasi ini diharapkan menjadi awal kerja sama yang lebih luas demi mewujudkan Labuan Bajo sebagai destinasi pariwisata yang indah sekaligus bertanggung jawab,” ungkap Frans.
Lebih lanjut, Frans menekankan pentingnya penerapan sepuluh isu strategis dalam pengembangan dan pembangunan Labuan Bajo yang berfokus pada prinsip konservasi dan keberlanjutan sebagai landasan utama. Kesepuluh isu tersebut mencakup: Konservasi dan Keberlanjutan, Lanskap dan Tata Ruang, Pesisir dan Kelautan, Sosial dan Budaya, Keselamatan dan Keamanan, SDM dan Kelembagaan, Sampah dan Limbah, Rantai Pasok, Infrastruktur, dan Tata Kelola.
Dalam kesempatan yang sama, Albertus Wang, Instructional Associate Professor University of Florida College of Design, Construction, and Planning menjelaskan pentingnya perencanaan yang matang dalam pengembangan destinasi pariwisata berkelanjutan. Ia juga menegaskan bahwa budaya harus menjadi pilar utama dalam sektor pariwisata sebagai identitas kearifan lokal.
"Pariwisata berkelanjutan perlu menjadi perhatian utama dalam setiap perencanaan dan pengembangan destinasi. Jika tidak dikelola dengan baik, pariwisata justru dapat menjadi kekuatan destruktif berskala global yang merusak lingkungan, menyingkirkan komunitas lokal, dan menghilangkan nilai-nilai budaya. Oleh karena itu, diperlukan manajemen pariwisata yang solid, terintegrasi, dan berpihak pada pelestarian sumber daya alam dan budaya. Budaya merupakan salah satu pilar penting dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan karena menjadi daya tarik utama bagi wisatawan. Dalam konteks budaya barat, kata “culture” berasal dari kata “agriculture” yang mencerminkan hubungan erat antara budaya dan alam. Ini menunjukkan bahwa keberlangsungan budaya sangat bergantung pada keberlanjutan lingkungan, terutama sektor pertanian dan lanskap alami. Jika alam, terutama sistem pertanian dan ruang hidup masyarakat mengalami kerusakan, maka identitas budaya pun perlahan akan hilang,” jelas Albertus.
Dalam audiensi tersebut, disampaikan sejumlah catatan dan masukan penting. Salah satunya adalah bahwa persebaran wisatawan dapat mendorong terjadinya pertukaran budaya, termasuk masuknya nilai-nilai yang tidak selalu sejalan dengan kearifan lokal. Oleh karena itu, pengembangan pariwisata harus dilakukan secara hati-hati dan seimbang, dengan mengedepankan pelestarian budaya serta konservasi lingkungan, terutama dalam menjaga ekosistem Komodo sebagai ikon utama kawasan.
Di Pulau Flores sendiri, pelestarian budaya dan pengembangan pariwisata telah berjalan relatif baik. Namun, tantangan globalisasi perlu diantisipasi secara serius agar identitas budaya lokal tetap terjaga dan tidak tergerus oleh pengaruh eksternal.
--------
Sisilia Lenita Jemana
Kepala Divisi Komunikasi Publik
Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores