Labuan Bajo, 22 Februari 2024-
Berkolaborasi dengan Balai Taman Nasional Komodo (BTNK), Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) mengadakan Rapat Koordinasi terkait Daya Dukung dan Daya Tampung di Kawasan Taman Nasional Komodo (TNK). Rapat yang diadakan secara hybrid pada Kamis (22/02/2024) siang tersebut bertujuan untuk merumuskan langkah-langkah efektif untuk upaya pelestarian dan pengelolaan Taman Nasional Komodo sebagai Situs Warisan Dunia (World Heritage Site) yang juga dimanfaatkan untuk aktivitas berwisata.
Plt. Dirut BPOLBF, Frans Teguh pada rapat tersebut menyampaikan bahwa posisi strategis TNK sebagai area konservasi perlu menjadi perhatian khusus terutama terkait kaidah-kaidah ekologis.
"Benar bahwa kawasan TNK juga dijadikan sebagai detinasi wisata, namun yang juga sangat penting adalah bagaimana kita harus menjaga keseimbangan ekologis dari kawasan tersebut. Hal ini menjadi perhatian serius karena kita tidak ingin TNK itu terjebak dengan apa yang disebut dengan over tourism. Jadi, mari kita coba lebih awal dengan kebijakan yang proaktif sesuai dengan diagnosis yang ada" jelas Frans.
Senada, Kepala Balai Taman Nasional Komodo, Hendrikus Rani Siga juga meyampaikan bahwa sebagai upaya konservasi, BTNK juga tengah merancang aplikasi bernama Si Ora yang ke depannya dapat menjadi tools untuk mengontrol daya dukung dan daya tampung di Kawasan TNK.
"Saat ini BTNK sendiri sedang merancang sebuah tools, sebuah aplikasi yang nantinya akan bisa digunakan sebagai sistem untuk mengontrol daya dukung yang bisa diterapkan secara konsisten" ungkap Hendrikus dalam rapat tersebut.
Rakor ini melibatkan tiga orang narasumber yakni Prof. Dr. Chafid Fandeli, MS.; Prof. Dr. Djanianton Damanik, M.Si.; dan Dr. Ir. Muhamad, ST., MT., IPU., ASEAN, Eng. Ketiga narasumber tersebut memberi beberapa insight dan perspektif mendalam terkait beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti daya dukung dan daya tampung berdasarkan lokus, zonasi, dan aspek-aspek lain yang turut berpengaruh.
Prof. Chafid Fandeli menyampaikan bahwa perhitungan daya dukung dan daya tampung di TNK perlu dilihat dari kapasitas masing-masing zona dan tidak hanya pada zona inti.
Carryng Capacity Taman Nasional Komodo perlu dihitung dari setiap zonasi dan kebutuhannya untuk kedatangan wisatawan seperti pada Core Zone, Buffer Zone, Ekstensideus Zone, Intensideus Zone, Traditional Zone" ujar Prof. Chafid Fandeli yang merupakan Guru Besar Kehutanan UGM dengan bidang keahlian Konservasi Sumber Daya Hutan/Kepariwisataan Alam tersebut.
Narasumber lain yaitu Prof. Janianton Damanik yang merupakan Guru Besar Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan FISIPOL UGM juga menyampaikan bahwa dalam mengukur Carrying Capacity perlu melihat dari sisi supply dan demand serta aspek lain seperti Physical Carrying Capacity, Environmental Carrying Capacity, Social, and cultural Carrying Capacity dalam waktu yang berbeda-beda.
Lebih lanjut, dalam waktu dekat, BPOLBF akan berkoordinasi dengan Taman Nasional Komodo mengenai hasil kajian-kajian sebelumnya yang sudah dilakukan untuk dapat bersama-sama disempurnakan kembali.
Turut hadir secara online dalam rapat tersebut, Sekretaris Dinas Pariwisata, Ekonomi Kreatif, dan Kebudayaan Manggarai Barat, perwakilan dari Balai Taman Nasional Komodo, dan hadir secara langsung Direktur Destinasi Pariwisata BPOLBF dan Direktur Pemasaran BPOLBF.
--------
Sisilia Lenita Jemana
Kepala Divisi Komunikasi Publik
Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores