Webinar BPOLBF Dorong Desa Wisata Tangguh dan Tanggap Bencana

Created at 2022-06-30

Labuan Bajo, 30 Juni 2022, Seiring dengan ramainya kembali kunjungan wisatawan paska pandemi, aktivitas pariwisata Labuan Bajo Flores kembali hidup dan terus menata kembali kesiapan berbagai aspek penunjangnya. Salah satunya adalah kesiapan para pelaku pariwisata dalam mitigasi kebencanaan khususnya yang berkaitan dengan keamanan dan keselamatan wisatawan. 

 

Salah satu bentuk dukungan yang diberikan kepada para pelaku pariwisata, khususnya di Desa Wisata dilakukan Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) melalui berbagai Webinar Desa Wisata. Memasuki musim kedua Webinar Desa Wisata 2022 mengulas topik mengenai mitigasi kebencanaan pariwisata (27/6). "Antisipasi Risiko Bencana di Desa Wisata" menjadi tema yang diusung kali ini mengingat tiap daerah di Indonesia memiliki risiko dan potensi bencana termasuk desa-desa wisata, sehingga diperlukan pengetahuan tentang antisipasi risiko bencana di desa wisata. 

 

Menurut Shana Fatina, Direktur Utama BPOLBF, perubahan iklim yang terus terjadi beresiko dan berimbas pada sektor pariwisata, sehingga tema-tema mitigasi kebencanaan menjadi sangat relevan untuk didiskusikan dan menjadi pengetahuan bagi para pelaku pariwisata Desa. 

 

"Pada malam ini kita bisa dapat sharing yang lebih lengkap dari teman-teman BNPB dan Kemenparekraf tentang bagaimana mewujudkan pengelola desa wisata yang sadar bencana dan sadar wisata. Mudah-mudahan Webinar ini bisa memberi manfaat dan dapat ditindaklanjuti secara konkret, dan strategis. Dengan begitu mimpi kita bersama untuk membangun desa wisata tangguh dan tanggap bencana dapat terwujud." tukas Shana. 

 

Webinar diikuti 77 peserta dari berbagai latar belakang. 

 

Aminudin Hamzah, Analis Kebijakan Ahli Muda, Direktorat Mitigasi Bencana, Deputi Bidang Pencegahan BNPB mengatakan, keterlibatan Pentahelix sangat penting ketika akan membangun desa wisata yang tanggap bencana.  

 

"Untuk membangun ketangguhan masyarakat yang tanggap bencana, pemberdayaan multi pihak dalam hal ini unsur Pentahelix sangat diperlukan. Perlu ada pemberdayaan lembaga usaha, pemberdayaan pakar kebencanaan, pemberdayaan media massa sebagai alat literasi bencana, pemberdayaan relawan, dan penguatan forum pengurangan risiko bencana daerah" jelasnya. 

 

Menurutnya, desa yang tangguh bencana adalah desa yang memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi potensi ancaman bencana, serta memulihkan diri dengan segera dari dampak-dampak bencana yang merugikan dan masyarakat NTT yang tinggal di wilayah multi bahaya dengan risiko sedang - tinggi (data Inarisk BNPB) diharapkan mampu menjadi masyarakat yang tanggap bencana. 

 

Senada dengan hal tersebut, Danesta F. Nugroho, Koordinator Bidang Manajemen Krisis, Direktorat Tata Kelola Destinasi, Deputi Bidang Pengembangan Atraksi dan Infrastruktur Kemenparekraf menjelaskan pentingnya manajemen krisis dalam pengembangan pariwisata, terutama bagaimana menyiapkan destinasi pariwisata yang aman dari bencana, yaitu dimulai dari kesiagaan, kemampuan melakukan pemulihan dan normalisasi, serta tanggap darurat. 

 

Ia juga menyampaikan bahwa saat ini Kemenparekraf juga telah melakukan MoU bersama BNPB, guna membangun desa wisata yang tangguh dan tanggap bencana. Selain itu, di Labuan Bajo sendiri telah dibangun Cable-Based Tsunameter (alat pendeteksi tsunami) yang dipasang di Desa Rangko sebagai salah satu upaya mitigasi bencana yang dilakukan pemerintah. 

 

Menanggapi diskusi tersebut, Gun Muhammad, salah satu peserta dari BPBD Kabupaten Bima mengapresiasi webinar yang mengulas Antisipasi Resiko Bencana di Desa Wisata tersebut. Menurutnya, penanggulangan bencana tidak mengenal batas administratif wilayah, mengingat begitu banyak peserta yang hadir terdiri dari semua wilayah yang tidak hanya dari NTT. 

 

Menutup Webinar, Direktur Destinasi Pariwisata BPOLBF, Konstant Mardinandus N. menyampaikan harapannya agar Webinar dapat membawa desa wisata ke arah yang jauh lebih baik, aman, dan nyaman. 

 

"Ini adalah salah satu bagian yang penting dalam pengembangan desa wisata ke depan, mengingat kita ini tinggal di daerah yang punya potensi terkena bencana. Ada begitu banyak hal yang kita serap bersama sepanjang pertemuan kita hari ini. Harapan saya bahwa kita dapat dapat bersama-sama mengurus pariwisata dan kegiatan Webinar seperti ini adalah salah satu cara kita berbagi hal positif yang membawa desa wisata kita ke arah yang jauh lebih baik, aman, dan nyaman" tutupnya.

 

 

 

-----------------

Sisilia Lenita Jemana

Kepala Divisi Komunikasi Publik

Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores

thumbnail

Bahasa Isyarat Indonesia, Langkah Pengembangan Pariwisata Inklusif di Labuan Bajo Flores

  Labuan Bajo, 19 September 2024-  Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) berkolaborasi dengan Komunitas Belajar Bahasa Isyarat Indonesia (BISIND...

thumbnail

Wana Rhapsodya: Event Musik di Tengah Keindahan Alam Parapuar

  Labuan Bajo, 18 Oktober 2024- Dalam rangka meningkatkan brand awareness Parapuar dan menciptakan event baru di Labuan Bajo, Kementerian Parwisata dan Ekonomi Kre...

thumbnail

Festival Lamaholot: Jembatan Melestarikan Budaya dan Persaudaraan

  Labuan Bajo, 17 Oktober 2024-  Festival Lamaholot kembali digelar di Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT). Festival Lamaholot sendiri merupakan salah satu fes...

Ada pertanyaan ?

Lihat FAQ ? atau Hubungi Kami