Pertanyaan yang Sering Ditanyakan

Pertanyaan paling sering dan jawaban terbaiknya dapat diperiksa di sini

Ada berapa Desa Penyangga di sekitar Kawasan Parapuar?

Secara administratif Parapuar terletak di dua desa dan satu kelurahan, yaitu Desa Golo Bilas, Desa Gorontalo, dan Kelurahan Wae Kelambu, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat.

 Bagaimana kriteria ketentuan kegiatan dan intesitas pemanfaatan ruang di Lahan Otorita?

Secara keseluruhan total luasan Kawasan adalah 400 Hektar, namun saat ini sedang fokus pengembangan berada pada area 129,60 (Lahan HPL) dengan wilayah terbangun seluas 20% atau sekitar 25,92 Hektar.

Bagaimana progres infrastruktur di Parapuar?

Saat ini, parapuar telah memiliki askes jalan sepanjang 1,5 km di dalam Kawasan dan tahun 2024 akan ada pembangunan infrastruktur dasar berupa jaringan listrik, jaringan air, dan pengelolaan limbah dan sampah.

  Apa saja skema Kerjasama yang ditawarkan BPOLBF?

Dalam pengembangan Kawasan Parapuar, ada 6 Skema Kerja sama yang ditawarkan BPOLBF, yakni Sewa Aset BPOLBF, Pinjam Pakai, Kerja Sama Pemanfaatan, Bangun Guna Serah dan Bangun Serah Guna (BGS/BSG), Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur, dan Kerjasama Terbatas Untuk Pembiayaan Infrastruktur (KETUPI)

Berapa luasan lahan yang sudah menjadi HPL?

Per tanggal 12 September 2023, Kementerian ATR/BPN telah menerbitkan Sertifikat HPL atas nama pemohon yakni BPOLBF. Selanjutnya, pada tanggal 15 September 2023, Wakil Menteri ATR/BPN, Raja Juli Antoni secara resmi menyerahkan Sertifikat Hak Pengelolaan Lahan (HPL) Lahan Otorita seluas 129,60 Ha tersebut kepada pemohon yakni BPOLBF yang ketika itu diwakili oleh Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, sehingga kawasan ini secara legalitas sudah Clean and Clear dan peluang investasi sangat terbuka untuk para investor baik asing, nasional, maupun, lokal.

Apa daya tarik utama dari Kawasan Parapuar?

Begitu banyak daya tarik di dalam Kawasan Parapuar, antara lain:

1.     Kawasan ini terletak di ketinggian Labuan Bajo sehingga pengunjung dapat melihat keindahan Labuan Bajo baik dari segi perkotaan, jajaran landscape pulau-pulau maupun bukit-bukit, dengan titik pandang 360 derajat.

2.     Parapuar juga merupakan titik terbaik untuk menikmati matahari terbit (Sunrise) dan Matahari Terbenam (Sunset).

3.     Selain menikmati Sunrise dan Sunset, Parapuar juga dapat menjadi lokasi untuk melihat pemandangan di malam hari baik dari Cahaya lampu dari perkotaan maupun bintang-bintang yang terlihat jelas di malam hari, sehingga lokasi ini cocok dijadikan sebagai lokasi camping.

4.     Di dalam Kawasan Parapuar juga terdapat Hidden Cave (Gua Tersembunyi) dan Mata Air.

5.     Parapuar dapat menjadi lokasi dari berbagai aktivitas seperti Trekking, Forest healing, Bird watching, Biodiversity explore, Yoga dan Meditasi, Cultural Live Music, Lokasi Green Action, Glamping, Agrowisata, dan eksplorasi Gua.

6.     Kawasan ini juga dedesain untuk menjadi landmark budaya Manggarai khususnya dan NTT pada umumnya

7.     Parapuar juga dapat dijadikan lokasi event. Dari beberapa event yang pernah dilakukan tercatat total pengunjung selama event berlangsung sebanyak 2.000 pengunjung.

Bagaimana konsep dan pendekatan pengembangan Kawasan Parapuar?

Sebagai destinasi baru yang akan dikembangkan di Labuan Bajo Flores, pengembangan  Parapuar dilakukan secara terpadu, holistik dan berkelanjutan. Konsep Harmoni dengan Alam 3ECNC (Etno- Eco - Edu - Culture & Nature Conservation) menjadi pendekatan pembangunan  Destinasi Parapuar ke depan. Dimensi 3A (Atraksi, Amenitas dan Aksesibilitas), Masyarakat, Citra dan Pengelolaan  pariwisata diselenggarakan  dengan tetap didasari pada asas keseimbangan ekologi lingkungan, budaya, dan sosial masyarakat. Atraksi baru di Parapuar, baik itu atraksi alam, atraksi sosial, atraksi budaya, dan atraksi buatan akan mengedepankan asas keseimbangan ekologi lingkungan, budaya, dan sosial masyarakat. Selain itu, ketersediaan amenitas dengan entitas lokal yang menyatu dengan alam juga diharapakan akan menambah daya tarik wisata karena akan menjadi sesuatu yang unik.

Terkait dengan aksesibilitas, BPOLBF akan merancang keterpaduan sistem transportasi di dalam kawasan guna memberi kenyamanan bagi wisatawan. Selain itu, BPOLBF juga membuat rencana jangka panjang yang akan dilakukan saat pembangunan 3A dalam kawasan selesai dilakukan, yakni dengan menerapkan visitor management system, yaitu dengan menghitung daya dukung lingkungan (carrying capacity) atau batasan maksimal aktivitas kawasan mulai dari kapasitas jumlah pengunjung hingga batas maksimal dari beban yang dapat ditanggung lingkungan akibat aktivitas wisata yang dilaksanakan di dalam kawasan. Hal dilakukan untuk memastikan terjaminnya keberlangsungan destinasi Parapuar.

Parapuar terletak diketinggian berapa?

Saat ini sudah ada dia titik lokasi yang dibuka untuk publik yaitu Natas Parapuar dan Taman Parapuar. Natas Parapuar terletak di ketinggian kurang lebih 238 mdpl dan Taman Parapuar 184 mdpl.

Berapa jarak Parapuar dari Bandara dan Kota Labuan Bajo?

Parapuar masih berada di area Perkotaan Labuan Bajo dengan panorama alam yang menawan.

    • Jarak tempuh dari Bandara Komodo menuju Parapuar View Point adalah 4,3 KM dengan waktu tempuh 11 Menit
    • Jarak tempuh dari Pusat Bisnis (Area Kampung Ujung) menuju Parapuar View Point adalah 4 KM dengan waktu tempuh 12 Menit
    • Jarak tempuh dari Pusat Kota Administratif (Area Patung Caci Wakesambi) menuju Parapuar View Point adalah 4 KM dengan waktu tempuh 10 Menit

Apa saja dimensi pengembangan yang digunakan dalam pengembangan Kawasan Parapuar?

Pengembangan Destinasi Parapuar menggunakan pola dimensi Budaya, Ekologis, Hidrologis, Konservasi, Pemberdayaan Masyarakat, dan Ekonomi

Budaya

Pengembangan Destinasi Parapuar menggunakan pola dimensi Budaya yakni Filosofi “Gendang One Lingko Pe’ang” yang merupakan ruang hidup orang Manggarai yang mencerminkan kedalaman nilai-nilai warisan leluhur. Ruang ini secara umum mencakup lima bagian, yaitu Kampung (Beo Bate Elor/ Natas Bate Labar), Rumah Adat (Mbaru Bate Kaeng, Mbaru Gendang), Altar Persembahan (Compang Bate Takung), Kebun (Uma Bate Duat/ Lingko), dan Sumber Air (Wae Bate Teku). Dalam pengembangan Kawasan nantinya, folosofi ini akan dimanifestasikan dalam Pedoman Pembangunan dalam Kawasan.

Ekologis

Pepres Nomor 32 Tahun 2018, mengamanatkan BPOLBF untuk mengelola Lahan seluas 400 Hektar di Kawasan Hutan Nggorang Bowosie. Untuk saat ini, tepatnya per tanggal 12 September 2023, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) telah mengeluarkan Sertifikat HPL untuk total luasan lahan 129,60 Ha yakni Zona 1 kepada BPOLBF. Dari Total lahan HPL ini, hanya 20,05% dari seluruh kawasan yang akan dimanfaatkan pada zona ini.

Hidrologis

Pada lahan HPL 129,60 Ha terdapat satu titik mata air yang akan terus dijaga dengan cara Revitalisasi dan Recovery lahan sekitar yang sudah gersang.

Konservasi

Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) berkomitmen menerapkan prinsip 'satu berbanding sepuluh'. Kawasan Parapuar sendiri sangat terbuka untuk dijadikan lokus bagi seluruh stakeholder yang ingin melakukan aksi penghijauan/green action. 1 Pohon Ditebang Dikonversi dengan 10 Pohon

Ekonomi

Ekonomi juga menjadi salah satu dimensi yang dikembangkan di Parapuar. Pembangunan berbagai fasilitas seperti MICE, Hotel, Restoran, dan berbagai atraksi di Parapuar diharapkan dapat memberi multiplier effect terhadap peningkatan pendapatan masyarakat dan pembukaan lapangan pekerjaan baru di Labuan Bajo Flores.

Pemberdayaan Masyarakat

Salah satu dimensi yang juga dikembangkan di Parapuar adalah pemberdayaan masyarakat. Dalam pengembangan Kawasan Parapuar, BPOLBF mengutamakan partisipasi masyarakat lokal baik di Kawasan Koordinatif BPOLBF (11 Kabupaten: Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur, Ngada, Nagekeo, Sikka, Flores Timur, Alor, Lembata, dan dua Kecamatan di Bima) secara umum maupun di 3 Desa Penyangga Kawasan Parapuar (Desa Gorontalo, Desa Golo Bilas, dan Kelurahan Wae Kelambu).

Ada pertanyaan ?

Lihat FAQ ? atau Hubungi Kami