SIARAN PERS
BADAN OTORITA PARIWISATA LABUAN BAJO FLORES (BOPLBF)
024/SP/Komblik/BOPLBF/IX/2020
Labuan Bajo, 8 September 2020 –
Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLBF) bersama Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Kopi Arabika Flores Manggarai menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) Tentang Kerjasama dan Peran Serta dalam rangka Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat di Bidang Kepariwisataan Melalui Pengelolaan Komoditas Unggulan Kopi di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Senin sore, 7 September 2020, di Kafe Lokal Bacarita kawasan Marina Labuan Bajo.
Penandatanganan MoU tersebut dilakukan oleh Shana Fatina selaku Direktur Utama BOPLBF dan Ketua MPIG Joseph Janu didampingi Sekertaris MPIG, Boni Romas, dan Herry Sia.
Direktur Utama BOPLBF Shana Fatina dalam kesempatan tersebut optimis, penandatanganan kerja sama dengan MPIG akan menjadi langkah inovatif pariwisata yang melibatkan peran aktif para petani kopi di daratan Flores untuk dapat secara langsung mendorong terciptanya destinasi wisata baru (minat khusus). Sebagai langkah awal, 3 Kabupaten Manggarai akan menjadi lokomotif destinasi wisata kopi.
“Senang sekali karena sebentar lagi kita akan punya showcase/etalase kopi di Labuan Bajo. Bekerja sama dengan rekan-rekan MPIG, etalase ini akan menampilkan seluruh jenis biji kopi yang ada di Flores dan sekaligus menjadi pusat informasi dan promosi kopi Flores,” ujar Shana antusias.
Selain itu, kerjasama ini sekaligus menjadi upaya untuk mendorong peningkatan kualitas produksi, distribusi, dan pemasaran kopi Flores, serta mendorong pengembangan sektor agrowisata dan ekonomi kreatif berbasis komoditas kopi.
Shana juga berharap melalui kerjasama pengembangan wisata baru dengan MPIG menjadi gerbang awal bagi kelompok petani kopi Flores, khususnya di 3 Kabupaten Manggarai yang saat ini tergabung bersama MPIG untuk dapat bersama-sama menjaga agar kopi lokal tidak kehilangan identitas aslinya. Melalui berbagai pelatihan penguatan SDM petani kopi Shana berharap para petani mampu memproduksi kopi dengan kualitas yang bagus.
“Ini juga merupakan salah satu bentuk komitmen BOPLBF mewujudkan Labuan Bajo dan Flores secara keseluruhan menjadi gerbang ekowisata dunia. Membangun pariwisata berbasis masyarakat salah satunya melalui eksistensi para petani kopi. Kita mulai desa!,” ujar Shana.
Shana menekankan, melalui kerjasama dengan MPIG, kopi bukan lagi sekedar produk kuliner, tetapi merambah menjadi produk wisata experience yang menawarkan pengalaman menikmati varian konsep wisata kebun dengan segmen mulai dari pengenalan berbagai jenis kopi hingga mengenali budaya masyarakat petani kopi seperti yang bisa ditemui di lembah Colol.
Senada dengan Shana, Ketua MPIG Joseph Janu antusias, pengembangan destinasi wisata baru kopi akan membawa angin segar selain bagi pariwisata daerah, tetapi juga bagi para petani kopi di 3 Kabupaten Manggarai, serta bagi para wisatawan minat khusus yang punya ketertarikan dengan kopi.
“Yang jelas, akan banyak sekali dampak positif dari kerjasama ini. Yang utama adalah bagaimana membuat kopi mejadi destinasi wisata baru yang ada di 3 Kabupaten Manggarai dan Labuan Bajo sebagai etalase kopi, dan sekaligus menjadi pusat informasi dan promosi kopi. Inilah yang menjadi titik awal dari MoU ini,” tegas Joseph.
Lebih jauh Joseph berharap, dengan semakin dikenalnya kopi Flores kemampuan ekspor kopi dengan kualitas bagus dapat semakin ditingkatkan dan itu berarti akan makin memperluas jangkauan pasar kopi lokal Flores.
Joseph juga menjelaskan, MPIG akan terus melaksanakan pelatihan-pelatihan bagi para petani kopi yang tergabung dalam MPIG agar dapat makin meningkatkan kemampuan para petani kopi memproduksi kopi sesuai standar yang telah ditetapkan.
“Kami punya master trainer yang melatih para petani secara periodik, dengan begitu para petani makin terbiasa bekerja sesuai standar kualitas yang ditetapkan, mulai dari sejak pasca panen sampai dengan saat mendapatkan green beannya,” jelas Joseph.
Lebih lanjut Joseph menjelaskan, sejauh ini sudah ada 42 kelompok petani yang tergabung dalam MPIG dan sampai saat ini MPIG masih terus berupaya untuk menghimpun lebih banyak lagi petani kopi agar dapat bergabung bersama MPIG.
“Karena semakin banyak mereka bergabung, makin besar kemampuan kami untuk memproduksi kopi specialty yang bercita rasa tinggi untuk kopi Manggarai dengan value added (nilai tambah), bukan cuma dari biji kopi tapi juga wisatanya,” ungkap Joseph.
Sementara itu, Sekertaris MPIG Boni Romas menjelaskan, kelompok petani kopi yang tergabung dalam MPIG tersebar di 3 Kabupaten Manggarai, antara lain 50% di Kab. Manggarai Timur, 30% di Kab. Manggarai, dan 20% di kab. Manggarai Barat dengan karakter masing-masing sesuai dengan kontur wilayah setempat dimana kopi tersebut tumbuh.
Pengembangan destinasi wisata baru kopi tersebut akan berada di 4 lokasi di 3 Kabupaten Manggarai, dan akan menjadi lokomotif bagi salah satu wisata minat khusus ini.
Ke 4 lokasi tersebut, antara lain berada di Wae Garit - Manggarai yang menjadi pusat robusta, Mano - Manggarai Timur yang akan menjadi pusat arabika, Colol - Manggarai Timur yang merupakan aset besar budaya kopi Manggarai sekaligus menjadi pusat festival budaya kopi, dan Labuan Bajo yang akan menjadi etalase pusat informasi dan promosi seluruh jenis biji kopi Flores (bukan berupa kebun).
Dari ke 4 lokasi tersebut, 2 lokasi merupakan lahan milik Keuskupan Ruteng yang disiapkan untuk mendukung pengembangan destinasi wisata baru dan sekaligus merupakan bentuk dukungan gereja terhadap upaya pemberdayaan masyarakat, khususnya para petani kopi. Ke 2 lokasi tersebut terletak di Mano seluas 10 ha dan di Labuan Bajo yang akan menjadi rencana etalase Pusat Informasi dan Promosi Kopi.
Sementara 2 lokasi lainnya merupakan lahan kopi milik masyarakat yang akan didampingi oleh MPIG melalui berbagai pelatihan guna memperkuat kapasitas SDM petani kopi untuk dapat mencapai kualitas kopi yang memenuhi standar.
Selain itu, pengembangan destinasi wisata baru kopi ini juga akan melibatkan kalangan akademisi dari beberapa Universitas dan Perguruan Tinggi yang akan membentuk Tim Terpadu guna melakukan riset dan kajian terhadap keseluruhan rencana pengembangan destinasi wisata baru, antara lain Universtas Brawijaya, Universitas Nusa Cendana Kupang, STKIP St. Paulus Ruteng, dan Kampus Poltekpar El Bajo Commodus.