Labuan Bajo, 11 September 2025 – Dalam upaya mendukung pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertumpu pada pelestarian lingkungan alam, aspek sosial budaya, sekaligus pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat melalui penanganan sampah dan Food Loss and Waste (FLW) atau mubazir pangan, Kementerian Pariwisata Republik Indonesia melalui Deputi Bidang Industri dan Investasi menyelenggarakan kegiatan Strategic Dialogue : Pengelolaan Sampah dan Food Loss and Waste (FLW) pada Industri Pariwisata di Labuan Bajo.
Dialog strategis yang diselenggarakan di Sylvia Hotel & Resort Komodo Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Kamis (11/09/2025) ini merupakan upaya untuk membahas isu-isu utama terkait pengelolaan sampah dan FLW di sektor pariwisata, serta merumuskan langkah-langkah mitigasi yang terintegrasi dan kolaboratif lintas pemangku kepentingan, melalui penyusunan rekomendasi awal model pedoman penanganan sampah dan FLW yang aplikatif dan kontekstual bagi industri pariwisata, sehingga mendukung terwujudnya praktik pariwisata yang berkelanjutan dan bertanggung jawab di Labuan Bajo.
Asisten Deputi Manajemen Usaha Pariwisata Berkelanjutan Kemenpar, Amnu Fuadiy menyampaikan, pembangunan pariwisata di Labuan Bajo tidak hanya harus mengedepankan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkan.
“Industri pariwisata di Labuan Bajo harus didorong untuk mengedepankan berkelanjutan dengan memperhatikan aspek ekonomi, budaya, dan lingkungan. Mengingat Labuan Bajo masih dalam tahap perkembangan, langkah-langkah mitigasi perlu segera dilakukan sebelum dampak lingkungan dan sosial menjadi lebih kompleks. Upaya pencegahan sejak dini akan membantu menjaga keseimbangan antara pertumbuhan pariwisata dan kelestarian lingkungan”, ungkap Amnu.
Mewakili Plt. Direktur Utama BPOLBF, Direktur Industri dan Kelembagaan BPOLBF, Feri Suprapto dalam paparannya menyampaikan sejumlah data dan catatan penting yang menunjukkan urgensi penanganan isu lingkungan dan keberlanjutan dalam pengembangan pariwisata di Labuan Bajo.
"Peningkatan jumlah wisatawan membawa konsekuensi langsung terhadap beban lingkungan, terutama di wilayah perairan. Sekitar 80% dampak lingkungan pariwisata terjadi di laut akibat aktivitas kapal wisata dan live on board. Sementara itu, aktivitas pariwisata di darat meski meningkat, memberikan beban lingkungan yang relatif lebih rendah", papar Feri.
Feri juga melanjutkan bahwa pada sektor pangan, rantai pasok di Labuan Bajo saat ini masih sangat bergantung pada distribusi dari luar daerah, padahal dengan potensi lahan hingga ketinggian 1.500 meter di wilayah Manggarai, seharusnya pasokan pangan lokal bisa dioptimalkan untuk mendukung industri pariwisata, sementara pengelolaan food cost dan food waste juga menjadi aspek penting yang perlu diperhatikan. Praktik pengelolaan yang baik tidak hanya membuat beban operasional menjadi lebih efisien, tapi juga ramah lingkungan.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Pariwisata, Ekonomi Kreatif, dan Kebudayaan Manggarai Barat, Chrispin Mesima menegaskan pentingnya pembangunan pariwisata yang inklusif dan berkelanjutan di wilayah Taman Nasional Komodo, Labuan Bajo, dan sekitarnya. Ia menyampaikan sejumlah poin penting terkait arah kebijakan, tantangan, serta strategi pengelolaan sampah dan food loss and waste (FLW) di sektor pariwisata, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
"Pembangunan pariwisata di Manggarai Barat harus bersifat inklusif dan berkelanjutan, dengan tetap menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Tantangan utama saat ini adalah pengelolaan sampah dan food loss and waste (FLW) yang kami tangani melalui edukasi, penguatan desa binaan, dan kolaborasi lintas pihak. Rencana jangka panjang kami juga mencakup pembatasan aktivitas kapal dan penguatan daya dukung kawasan. Meski masih terbatas secara anggaran dan infrastruktur, kami terus mendorong pengurangan timbulan sampah melalui pemilahan yang memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat”, ujar Crispin.
Hadir dalam dialog tersebut Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Manggarai Barat, Perwakilan Dinas Perhubungan Kabupaten Manggarai Barat, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Cabang Manggarai Barat, Perwakilan Asosiasi Kapal Wisata Labuan Bajo, Politeknik eLBajo Commodus, Ayana Komodo Resort, Ta’Aktana Resort & Spa, Meruorah Labuan Bajo, Kole Project, Komodo Luxury, Plataran Komodo dan Asosiasi terkait.
--------
Sisilia Lenita Jemana
Kepala Divisi Komunikasi Publik
Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores