Labuan Bajo 28 Juni 2024- Guna meningkatkan kapasitas para pegawai Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) tentang ekosistem industri pariwisata dan ekonomi kreatif, pada Jumat (28/06/2024) pagi, BPOLBF kembali menyelenggarakan Floratama Learning Center: Tourism & Hospitality Knowledge Management Class (THKMC). Pada modul kesebelas ini, seluruh pegawai BPOLBF belajar tentang Ekosistem Industri Pariwisata bersama Raden Kurleni Ukar, Staf Ahli Bidang Reformasi Birokrasi dan Regulasi Kemenparekraf.
Dalam paparannya, Kurleni menyampaikan bahwa industri pariwisata memiliki peranan penting dalam ekosistem kepariwisatan karena menjadi lokus di mana perputaran ekonomi itu terjadi. Industri parekraf merupakan kumpulan Usaha Pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.
"Industri pariwisata memiliki peranan penting dalam ekosistem kepariwisataan, karena yang diharapkan sebetulnya adalah kontribusi parekraf terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Salah satu kontribusi Parekraf terhadap ketahanan ekonomi nasional adalah melalui industri parekraf di 13 bidang usaha pariwisata dan 17 sub sektorekraf, serta melalui peningkatan tatakelola pariwisata dan ekonomi kreatif nasional dan juga investasi, pendanaan, dan akses pembiayaan industri pariwisata dan ekraf" jelas Kurleni.
Berdasarkan laporan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), kontribusi pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia diperkirakan sebesar 3,9 persen pada kuartal I/2024 dan pada tahun 2024 Kemenperekraf menargetkan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) pariwisata mencapai 4,5 persen.
Kurleni juga melanjutkan bahwa ekosistem kepariwisataan juga didukung oleh lintas sektor seperti pemangku kepentingan (Policy), sumber daya keuangan (Finance), budaya (Culture), dukungan lembaga pemerintah dan swasta (Support), dukungan profesional dan akademisi (Human Capital), dan pasar (Market).
Frans Teguh, Plt. Direktur Utama BPOLBF menyampaikan bahwa pembelajaran terkait ekosistem parekraf ini dimaksudkan agar seluruh pegawai BPOLBF terus memiliki semangat yang sama yaitu mengembangkan dan mendorong perkembangan ekosistem pariwisata di Parapuar, serta wilayah koordinatif BPOLBF lainnya di Flores, Lembata, Alor, dan dua kecamatan di Bima secara menyeluruh, mengedepankan lokalitas, dan terintegrasi demi memajukan pariwisata di daerah.
"Pembelajaran pada modul kesebelas ini, visi utamanya adalah agar kita semua memiliki semangat dan spirit yang sama untuk membangun sebuah ekosistem parekraf, baik di wilayah otoritatif maupun koordinatif secara lebih menyeluruh, terintegrasi, dan mengedepankan lokalitas. Ekosistem pariwisata itu merupakan sebuah sistem yang kompleks dan terdiri dari berbagai komponen seperti lingkungan, budaya lokal, infrastruktur, layanan pariwisata, dan komunitas yang mana komponen ini tidak bisa berjalan sendiri-sendiri" kata Frans.
Ia juga melanjutkan bahwa ke depannya, dibutuhkan model tata kelola yang mampu mengintegrasikan komponen-komponen tersebut dan mengedepankan eksplorasi tatanan nilai dan lokalitas guna menciptakan eksosistem parekraf yang unnggul dan berkualitas.
"Karena ekosistem dalam industri parekraf sangat kompleks dan terdiri dari banyak komponen, maka model tata kelola destinasi ke depan memerlukan eksplorasi tatanan nilai, lokalitas, keseimbangan, championship, leadership dan akuntabilitas agar menciptakan keunggulan destinasi yang berkualitas" kata Frans.
Pembelajaran THKMC Modul 11 ini juga dilanjutkan dengan materi terkait Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (Kbli) Pariwisata, dan Perijinan Berusaha Sektor Pariwisata. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh pegawai di lingkungan BPOLBF secara hybrid di Ruang Rapat Utama Kantor BPOLBF.
--------
Sisilia Lenita Jemana
Kepala Divisi Komunikasi Publik
Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores