Labuan Bajo, 26 Juli 2025 -
Dalam rangka mendukung keleluasaan aktivitas publik untuk mengakses kawasan pantai di Labuan Bajo, Yayasan St. Damian Binongko Labuan Bajo membuka akses jalan masuk bagi publik menuju Pantai Binongko yang terletak tepat di belakang Yayasan Panti Rehabilitasi dan Rekreasi Yayasan St. Damina Binongko, Labuan Bajo, NTT.
Pembukaan akses masuk kawasan Pantai Binongko yang terletak persis di samping bangunan Panti Rehabilitasi dan Rekreasi Yayasan St. Damian Binongko ini dilaksanakan pada Sabtu pagi, (27/07/2025) dan merupakan rangkaian kegiatan mulai dari peresmian Kebun Ketahanan Pangan, dan Gerakan Wisata Bersih (GWB).
Suster Lidwina selaku Pimpinan Unit Yayasan St. Damian Binongko menyampaikan, sebagai bagian dari komitmen membangun pariwisata yang tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi, tetapi juga memperhatikan pemberdayaan kelompok rentan dan penguatan nilai-nilai kemanusiaan, Yayasan St. Damian Binongko siap membuka akses masuk menuju kawasan Pantai Binongko bagi publik, dengan tetap menjaga nilai-nilai inklusivitas, keberlanjutan, dan spiritualitas yang telah menjadi jiwa dari kawasan ini.
"Sejak awal memang Pantai Binongko ini masih dapat dinikmati oleh publik, namun karena akses masuk satu-satunya harus melewati bagian dalam Panti, maka pada hari ini kami berkomitmen bersama dengan Pemkap Manggarai Barat dan BPOLBF untuk membuka akses jalan masuk kawasan pantai bagi publik yang terletak di sisi selatan dari panti ini." Ujar Suster Lidwina.
Pembukaan akses jalan masuk menuju kawasan Pantai Binongko hari ini diharapkan dapat memperluas manfaat bagi destinasi, masyarakat, maupun wisatawan yang ingin mengunjungi kawasan pantai yang ada di dalam Kota Labuan Bajo.
Akses masuk yang diberikan oleh Yayasan St. Damian kepada publik adalah akses masuk pada sisi selatan site yang memiliki Panjang kurang lebih 135 m dengan lebar kurang lebih 2 m.
Perwakilan Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat, Zulfikar, Kepala Bidang Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Manggarai Barat, menyampaikan apresiasi kepada Yayasan St. Damian Binongko atas inisiatifnya dalam membuka akses ruang publik bagi masyarakat. Ia berharap langkah ini dapat menjadi inspirasi bagi pihak-pihak lain dalam memperjuangkan dan menghormati hak masyarakat atas ruang publik.
"Kami berharap, inisiatif yang hari ini dilakukan oleh Yayasan St. Damian Binongko dan dukungan dari BPOLBF, Pantai Binongko dapat menjadi salah satu alternatif ruang publik yang tidak hanya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Labuan Bajo, tetapi juga oleh wisatawan. Kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan komunitas lokal sangat penting untuk menciptakan ruang publik yang aman, nyaman, bersih, serta sesuai dengan nilai-nilai Sapta Pesona." Ujar Zulfikar.
Staf Ahli Menteri Pariwisata Bidang Pembangunan Berkelanjutan dan Konservasi, Frans Teguh, yang hadir mewakili Menteri Pariwisata, turut menyampaikan komitmen Kementerian Pariwisata (Kemenpar) dalam mendorong pengembangan pariwisata yang berkelanjutan dan berkualitas.
Frans menegaskan bahwa program unggulan Kemenpar saat ini adalah “Pariwisata Naik Kelas”, yang fokus pada peningkatan kualitas dan daya saing sektor pariwisata nasional. Program ini mencakup pengembangan produk wisata unggulan seperti wisata bahari, kuliner, dan wellness, sekaligus mendorong peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pariwisata.
Selain itu, Ia juga menyoroti pentingnya implementasi Gerakan Wisata Bersih, sebuah inisiatif yang bertujuan untuk meningkatkan kebersihan dan keindahan lingkungan di destinasi-destinasi wisata. Hal ini diharapkan dapat menciptakan pengalaman wisata yang aman, nyaman, dan berkesan bagi para wisatawan, sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai destinasi yang kompetitif dan berkelanjutan secara global.
Menutup rangkaian kegiatan, Plt. Direktur Utama BPOLBF, Dwi Marhen Yono terus berkomitmen untuk menjadikan Labuan Bajo dan Flores sebagai destinasi wisata kelas dunia yang berakar kuat pada nilai-nilai kearifan lokal, pelestarian lingkungan, serta pemberdayaan masyarakat.
“Kami berharap kawasan Pantai Binongko bisa menjadi model integrasi wisata yang inklusif dan berdaya saing. Tidak hanya indah secara visual, tapi juga menyentuh sisi kemanusiaan, spiritualitas, dan keberlanjutan,” Kata Marhen.
kegiatan ini juga diisi dengan beberapa agenda lainnya yang merupakan bentuk implementasi nyata komitmen seluruh pihak terhadap pengembangan wisata berkelanjutan dan inklusif di Kawasan Pantai Binongko. Beberapa agenda tersebut meliputi:
• Pelaksanaan Gerakan Wisata Bersih, yang melibatkan partisipasi aktif dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk masyarakat, komunitas lokal, dan instansi pemerintah. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kebersihan dan pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab di kawasan wisata.
• Serah terima sarana dan prasarana pendukung wisata, berupa: 6 unit meja Pantai, 4 unit payung Pantai, 20 unit kursi Pantai, 1 unit signage petunjuk arah Pantai Binongko, 1 unit kedai gerobak.
Fasilitas ini diharapkan dapat mendukung dan meningkatkan kenyamanan pengunjung serta mendukung pengelolaan destinasi yang lebih tertata dan menarik, sekaligus memberdayakan pelaku usaha lokal melalui penyediaan fasilitas usaha kecil di kawasan wisata.
--------
Sisilia Lenita Jemana
Kepala Divisi Komunikasi Publik
Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores