PARAPUAR: URBAN, NATURE, CULTURE AND PEOPLE CONCEPT

Created at 2024-02-06

Labuan Bajo, 26 Februari 2024- 

Sebagai destinasi baru yang akan dikembangkan di Kota Labuan Bajo, pembangunan Parapuar tentu membutuhkan kehatian-hatian. Hal ini dilakukan agar pembangunan dan pengembangan yang dilakukan tidak merubah landscape yang dapat mempengaruhi perubahan lingkungan dan sosial budaya masyarakat lokal. 

 

Konsep Harmoni dengan Alam menjadi salah satu pendekatan pembangunan Destinasi (Atraksi, Amenitas dan Aksesibilitas, Masyarakat, Citra dan Pengelolaan) dikerjakan di Parapuar. Plt. Dirut BPOLBF, Frans Teguh menjelaskan bahwa pengembangan destinasi tsb di Parapuar akan didasari pada asas keseimbangan ekologi lingkungan, budaya, dan sosial masyarakat. 

 

"Atraksi baru di Parapuar, baik itu atraksi alam, atraksi sosial, atraksi budaya, dan atraksi buatan akan mengedepankan asas keseimbangan ekologi lingkungan, budaya, dan sosial masyarakat. Selain itu, ketersediaan amenitas dengan entitas lokal yang menyatu dengan alam juga diharapakan akan menambah daya tarik wisata karena akan menjadi sesuatu yang unik”. jelasnya.

 

Ia juga menjelaskan bahwa terkait dengan aksesibilitas, pihaknya akan merancang keterpaduan sistem transportasi di dalam kawasan guna memberi kenyamanan bagi wisatawan. Selain itu, pihaknya juga akan membuat rencana jangka panjang yang akan dilakukan saat pembangunan 3A dalam kawasan selesai dilakukan, yakni dengan menerapkan visitor management system, yaitu dengan menghitung daya dukung lingkungan (carrying capacity) atau batasan maksimal aktivitas kawasan mulai dari kapasitas jumlah pengunjung hingga batas maksimal dari beban yang dapat ditanggung lingkungan akibat aktivitas wisata yang dilaksanakan di dalam kawasan. Hal dilakukan untuk memastikan terjaminnya keberlangsungan destinasi Parapuar. 

 

"Daya dukung (carrying capacity) di Destinasi Parapuar nantinya menggunakan beberapa pendekatan pengelolaan yang mana tingkat kunjungan, kegiatan, dan aktivitas wisatawan di lokasi wisata dikelola dengan batas-batas yang disesuaikan yang bebannya dapat diterima di masing-masing zona. Ini dilakukan untuk mempertahankan intensitas pemanfaatan ruang sekitar kawasan tetap rendah. Penggunaan material yang ramah lingkungan juga menjadi suatu pendekataan yang akan diterapkan di kawasan ini”.tutupnya.

 

 

---------

Sisilia Lenita Jemana

Kepala Divisi Komunikasi Publik

Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores

thumbnail

Bahasa Isyarat Indonesia, Langkah Pengembangan Pariwisata Inklusif di Labuan Bajo Flores

  Labuan Bajo, 19 September 2024-  Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) berkolaborasi dengan Komunitas Belajar Bahasa Isyarat Indonesia (BISIND...

thumbnail

Wana Rhapsodya: Event Musik di Tengah Keindahan Alam Parapuar

  Labuan Bajo, 18 Oktober 2024- Dalam rangka meningkatkan brand awareness Parapuar dan menciptakan event baru di Labuan Bajo, Kementerian Parwisata dan Ekonomi Kre...

thumbnail

Festival Lamaholot: Jembatan Melestarikan Budaya dan Persaudaraan

  Labuan Bajo, 17 Oktober 2024-  Festival Lamaholot kembali digelar di Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT). Festival Lamaholot sendiri merupakan salah satu fes...

Ada pertanyaan ?

Lihat FAQ ? atau Hubungi Kami