Labuan Bajo, 16 Desember 2024-
Sebagai bagian dari Ring of Fire (Cincin Api Pasifik), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terletak di jalur tektonik aktif yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik, dengan aktivitas vulkanik dengan 17 gunung berapi aktif yang tersebar di Pulau Flores, Lembata, dan Alor. Selain aktivitas vulkanik, NTT juga memiliki aktivitas seismik tinggi karena berada di antara lempengan bumi, sehingga rawan terhadap gempa dan getaran yang memicu tsunami
November 2024, satu diantara 17 gunung berapi di Pulau Flores mengalami erupsi. Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki yang merupakan satu dari dua gunung kembar terjadi sejak tanggal 3 November 2024, dimana erupsi terjadi disertai lontaran lava pijar dan awan panas ke arah barat. Akibat erupsi ini, terjadi kebakaran di pemukiman warga akibat lontaran material pijar.
Dengan ketinggian 1,584 mdpl, gunung Lewotobi Laki-laki merupakan gunung berapi berjenis stratovolcano aktif dan telah mengalami erupsi sebanyak 977 kali sepanjang tahun 2024. Erupsi gunung Lewotobi mengalami erupsi terbesarnya hingga melontarkan lava pijar pada bulan November 2024.
Hingga Sabtu 23 November 2024, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat total korban terdampak akibat erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki mencapai 13.240 jiwa. Dari jumlah tersebut, dilaporkan 9 orang meninggal dunia dan puluhan lainnya luka-luka dan dilarikan ke RSUD Larantuka. Letusan ini menyebabkan masyarakat yang berada di radius letusan diungsikan, yakni sebanyak 5.607 jiwa berada di pos lapangan (poslap) pengungsian yang tersebar di enam lokasi, sementara 7.363 jiwa mengungsi secara mandiri di rumah keluarga atau kerabat, tercatat sejak erupsi pertama kali pada 4 November 2024.
Erupsi gunung Lewotobi yang semula berdampak hanya disekitar wilayah Flores Timur, mulai meluas hingga ke wilayah barat Pulau Flores, dimana sebaran abu vulkanik mulai memasuki Kota Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat yang merupakan pintu pariwisata NTT. Akibat sebaran abu vulkanik gunung Lewotobi, aktivitas penerbangan di Bandar Udara (Bandara) Komodo Labuan Bajo dihentikan dan ditutup selama beberapa hari, mulai dari tanggal 9 hingga 13 November ditiadakan dan setelahnya penerbangan kembali aktif secara bertahap, dengan secara berkala tiap tiga jam dilakukan pengamatan volcanic Ash papper test.
Terganggunya aktivitas penerbangan di Labuan Bajo kemudian berdampak pada pergerakan wisatawan dari dan menuju Labuan Bajo, mendorong Pemerintah Daerah Manggarai Barat dan berbagai otoritas setempat yang ada di Labuan Bajo melakukan langkah penanganan darurat dengan melakukan evakuasi jalur laut dan membentuk Posko Pelabuhan Kesiapan Transportasi Laut Terkait Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki pada 10 November 2024.
Posko Pelabuhan Kesiapan Transportasi Laut Terkait Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di bawah komando Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas III Labuan Bajo langsung dibentuk sebagai respon cepat atas situasi krisis di Labuan Bajo. Armada laut dioptimalkan untuk mengangkut para wisatawan yang tertahan di Labuan Bajo, mulai dari Pelni, Angkutan Sungai, Danau, dan Penyebrangan (ASDP), Dharma Lautan Utama, Perusahaan Pelayaran Daerah, dan Asosiasi Keagenan Kapal berkolaborasi mengawal pelayanan pada posko pelabuhan di Terminal Penumpang Pelabuhan KP3 Syahbandar Labuan Bajo.
Stephanus Risidyanto, Kepala Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas III Labuan Bajo yang memimpin Posko Terpadu Pelabuhan Kesiapan Transportasi Laut Terkait Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki saat itu melakukan koordinasi terintegrasi bersama seluruh otoritas laut guna mempermudah proses evakuasi para wisatawan yang tertahan di Labuan Bajo akibat terhentinya aktivitas penerbangan di Bandara Labuan Bajo dengan mengerahkan kapal-kapal perbantuan.
"Kami melakukan perbantuan kapal Pelni dan membuka Posko Terpadu Kesiapan Transportasi Laut di Terminal Penumpang dan mengeluarkan Notice to Mariners keselamatan dan broadcast keselamatan setiap 4 jam melalui SROP Labuan Bajo. Selain itu kami juga memberikan dispensasi jumlah penumpang tambahan kapal Pelni dengan tetap memperhatikan aspek keselamatan pelayaran dan setiap saat berkoordinasi dengan BMKG", jelas Stephanus.
Koordinasi juga tetap dilakukan bersama pihak otoritas Bandara Komodo terkait mobilitas penumpang yang berharap adanya penerbangan dan juga berkoordinasi dengan pihak Imigrasi Labuan Bajo terkait masa berlaku visa para wisatawan akibat sulitnya akses keluar dari Labuan Bajo.
Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Frans Teguh mengungkapkan, dampak yang ditimbulkan dari erupsi gunung Lewotobi Laki-Laki di Labuan Bajo ini merupakan krisis kepariwisataan karena berdampak pada aktivitas wisata dan terkendalanya akses udara, sehingga menimbulkan kondisi tidak nyaman dan tidak pasti bagi wisatawan.
"Ini adalah bencana kemanusiaan yang tidak bisa kita hindari. Kami berduka cita untuk saudara-saudara kami di Flores Timur. Meluasnya dampak erupsi ini ke Labuan Bajo hingga Bali dan Lombok, dimana ketiganya adalah destinasi pariwisata, mengingatkan kita sekali lagi untuk selalu tanggap terhadap situasi krisis, terutama bagaimana kita menangani wisatawan yang terdampak krisis. Di Labuan Bajo sendiri, kami memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh otoritas dibawah komando KSOP yang bergerak cepat di garda depan melakukan proses cepat evakuasi wisatawan yang tertahan untuk keluar dari Labuan Bajo. Apresiasi kami juga kepada pihak otoritas Bandara Komodo yang tetap membuka aktivitas bandara walau penerbangan ditiadakan untuk tetap memberikan pelayanan informasi kepada para penumpang yang mengalami pembatalan penerbangan", jelas Frans.
Selain Posko Terpadu Pelabuhan Kesiapan Transportasi Laut, berbagai posko lain juga didirikan untuk mempermudah akses informasi dan layanan pengaduan bagi para wisatawan yang tertahan di Labuan Bajo. Seperti Posko Bandara Komodo dan TIC (Tourism Information Center) BPOLBF yang selama masa krisis melayani sebanyak hampir 90 aduan dan permohonan informasi dari wisatawan.
Sebanyak 3.044 wisatawan yang berhasil dievakuasi menggunakan jalur laut akibat ketidaktentuan jadwal penerbangan mulai tanggal 10 hingga 13 November, sampai akhirnya aktivitas penerbangan berangsur pulih pada tanggal 14 November 2024 dengan beberapa jadwal penerbangan yang masih mengalami pembatalan. Namun Senin, 25 November 2024 terpantau aktivitas penerbangan di Bandar Udara Labuan Bajo kembali berjalan normal seperti semula.
Erupsi gunung Lewotobi juga berdampak pada penurunan okupansi hotel akibat pembatalan pesanan mencapai 87% pasca erupsi Lewotobi. Namun setelah aktivitas penerbangan perlahan pulih, okupansi hotel mengalami peningkatan perlahan dan kembali normal hingga kini.
Upaya memulihkan citra destinasi dilakukan melalui berbagai kampanye positif Pasca krisis kepariwisataan terjadi akibat erupsi gunung Lewotobi. Aktivitas pariwisata Labuan Bajo kini berjalan normal kembali. Kepercayaan wisatawan dan masyarakat akan gerak cepat pemerintah daerah dan otoritas setempat selama krisis erupsi Lewotobi juga terbangun. Bencana tidak dapat dihindari, namun respon cepat pihak berwenang di destinasi wisata dapat menciptakan rasa percaya dan rasa aman bagi para wisatawan. Labuan Bajo aman untuk dikunjungi.
-------
Sisilia Lenita Jemana
Kepala Divisi Komunikasi Publik
Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores